Hidup ini keras dan butuh perjuangan. Mustiana (60) atau biasa disapa Bu Ana ini berjualan es manado, es kopyor dan es cao untuk menghidupi tiga orang anaknya. Tak hanya itu, guna menambah uang belanja ia berjualan buku soal-soal SNMPTN dan Tes Potensi Akademik jika ada pembukaan mahasiswa baru.
SelengkapnyaTerlahir dari seorang guru tari, banyak mempengaruhi Acintyaswasti Widianing dalam menemukan passionnya. Perempuan yang akrab disapa Ancis ini mulai menekuni dunia tari sejak masih duduk di bangku SD. "Sebenarnya aku udah tetarik dunia tari sejak kecil, terutama tari Jogja Klasik. Cuma saat SD dan SMP belum punya kesempatan untuk mendalaminya. Baru setelah pindah ke SMKI dan melanjutkan belajar di ISI, benar-benar bisa belajar dan mendalami tarian Jogja Klasik," ungkap Ancis.
SelengkapnyaTaufik ismail (21) mahir memainkan karinding, alat musik khas Sunda yang terbuat dari bambu. Ia belajar sejak 2011 secara otodidak. Pemuda yang tinggal di kaki gunung Burangrang Kp. Kiaralawang Desa Cipada Kecamatan Cisarua Bandung Barat ini membudayakan musik karinding karena karinding asli Sunda. Lantaran hobi untuk melestarikan budaya, ia pun tak pernah mengharap imbalan saat manggung.
SelengkapnyaDalam pembuatan sebuah film, aktor dan aktris memiliki peran besar dalam kesuksesan jalan cerita. Pastinya seorang sutradara akan menyeleksi setiap aktor dan aktris dengan karakter yang pas untuk cerita yang akan di buat. Pemilihan aktor dan aktris pastinya yang sudah banyak pengalaman di dunia akting. Namun berbeda dengan Wregas Bhanuteja (23) sutradar muda yang membesut film pendek Prenjak. Dia justru memilih pemain bukan aktor atau aktris yang memiliki jam terbang tinggi.
SelengkapnyaUsman (68) adalah sosok tak kenal lelah. Tiap hari ia jualan serbet keliling naik sepeda ontel. Pekerjaan itu dilakoninya sudah setahun lebih. Ia awalnya bekerja di sebuah pabrik plastik, namun terkena PHK dan menganggur. "Saya mulai berangkat dati rumah jam 7 pagi, biasanya sehabis dzuhur jam 12 an gitu sudah pulang tidak jualan lagi," ungkapnya.
SelengkapnyaEwindha Sari (30) mendirikan usaha bernama Gotosovie tanpa modal sesen pun. Dengan bantuan sang suami, Dwisuko Adinugroho (39) yang ahli bidang TI, ia menjual tas-tas via online. Waktu itu, katanya, suami baru saja keluar dari pekerjaannya dan ia baru lulus kuliah. Sama-sama nggak punya uang, mereka pun merintis bisnis ini.
SelengkapnyaAtika Ramahdani (23) sejak awal merasa kasihan dengan kehidupan anak-anak jalanan. Ia pun bergerak bersama beberapa teman untuk menyisihkan uang, memberi makan hingga mendidik anak-anak jalanan tersebut. Waktu itu lokasinya dekat dengan stasiun Kiaracondong, Bandung. Setelah cukup lama melakukan kegiatan tersebut ia berinisiatif membangun sebuah komunitas yang memfasilitasi orang-orang yang ingin melakukan aksi sosial yang di beri nama komunitas Kereta Pelangi tahun 2012 silam.
Selengkapnya"Dulu aku ikut komunitas film di kampus dan aku selalu kebagian untuk jadi make up artistnya," kata perempuan yang akrab disapa Ita ini. Sejak saat itulah, ia menyadari bahwa dunia make up adalah passionnya dan ingin menjadikan apa yang jadi kecintaannya sebagai pekerjaan tetap.
SelengkapnyaUsia tak harus membatasi diri untuk kerja keras. Begitulah Mbah Pengat (73) menjalani hari-harinya yang keras. Demi mencari uang, ia berjualan gorengan dan nasi di kawasan Stasiun Tugu Yogyakarta. Namun karena peraturan baru yang melarang pedagang asongan untuk berjualan di dalam Stasiun Tugu, ia pun terpaksa harus keluar. Namun ia tak mau berhenti. Lalu ia berjualan dengan berkeliling di sekitar stasiun Tugu hingga Malioboro.
SelengkapnyaGilang Gumilang Setra (23) menyukai dunia pariwisata. Ia pun dipercaya sebagai ketua GSI (Gramuda Sabudarta Indonesia) Jabar oleh DPN Asosiasi Duta Wisata Indonesia. Sebelumnya, ia adalah seorang penulis di bidang pariwisata, atau semacam travel blogger. Ia tidak pernah berpikir kalau akhirnya terpilih untuk mengemban amanah sebagai ketua GSI Regional Jawa Barat.
SelengkapnyaMemiliki keterbatasan fisik tak membuat Nun Nani Rachmah Putri atau biasa disapa Ney hanya berdiam diri saja. Dengan satu tangannya, yaitu tangan kiri, Ney sehari-hari menjalani profesinya sebagai henna artist. Bukan perkara yang mudah memang harus membiasakan beraktivitas hanya dengan tangan kiri. Namun, Ney menjadikan hal tersebut sebagai motivasi untuk tetap bisa berkarya dengan maksimal.
SelengkapnyaTukino (75) sudah tak lagi muda. Namun semangatnya untuk menjalani hidup sangat tinggi. Tanggung jawabnya sebagai seorang ayah dan suami membuatnya tak kenal lelah untuk tetap bekerja keras. Sejak matahari terbit hingga terbenam, Tukino menjajakan es tape dengan gerobak tuanya. Untuk menuju lokasi berjualan di depan SMTI, Jalan Kusumanegara, Yogyakarta, dari tempat tinggalnya di daerah Bintaran, ia lakoni hanya dengan berjalan kaki tanpa alas kaki.
SelengkapnyaAbdul Kosim Nurseha (20) sejak berusia 8 tahun mulai mengembangkan potensi di bidang olahraga yaitu badminton. Saat duduk di bangku SMA, ia mulai mengikuti perlombaan di tingkat kabupaten. Namun ia gagal dan mendapat juara lomba antar kecamatan di lain kompetisi. "Meskipun hanya tingkat kecamatan, tapi saya bangga. Ini merupakan hal yang baik untuk mengawali karir di dunia badminton," katanya.
SelengkapnyaWinda Puspa Viata (22) berkecimpung di dunia cheerleader sudah lama sejak kelas 2 SMA. "Awalnya cuma ikut ekstrakulikuler sekolah gitu, lalu ikut pendaftaram tim cheerleader all star yang tingkatnya di atas SMA," katanya,
SelengkapnyaRicky Irawan (28) sudah lama bergelut di dunia barang-barang bekas yang langka dan unik, tepatnya Mei 1998 silam. Rumahnya yang berada di kawasan Baciro, Gondokusuman, Jogja sudah menjadi galeri yang berisi banyak barang-barang koleksinya. Awalnya, ia hanya mengoleksi karena senang. Namun lama kelamaan, ia menggeluti bisnis jual-beli barang antik tersebut.
SelengkapnyaBanyak cara dilakukan pedagang kaki lima untuk menarik konsumen. Tentu saja, harga menjadi pertimbangan utama. Siapa yang bisa memberikan harga relatif murah bakal diserbu pembeli. Pola ini pula yang dilakukan para pedagang celana jins di Pasar Baru, Jakarta Pusat. Agar tak terjadi persaingan tidak sehat, mereka sepakat untuk menentukan harga yang seragam.
SelengkapnyaUsianya masih muda, 23 tahun. Tapi Gisneo Pratala Putra bisa dibilang cukup sukses. Ia menjadi CEO Circustudio sebuah creative labs yang mengembangkan ide-ide teknologi kreatif. Meski baru lima bulan, saat ini Circustudio sudah berkerjasama dengan Microsoft dan United Nations. Tak hanya itu, Circustudio juga telah mempunyai dua klien, yakni Kementerian PPN/Bappenas untuk mengembangkan aplikasi pemetaan pencemaran air bernama Drops dan Carbon Indonesia untuk aplikasi pencarian bengkel terdekat.
SelengkapnyaKegigihan Pariyem (71) sungguh luar biasa. Di usia senja, ia tetap bekerja untuk mencukupi kebutuhannya sendiri. Ia tak ingin merepotkan orang lain. Sejak ditinggal suami tahun lalu, Pariyem hidup sebatang kara di rumah kontrakan daerah Tahunan, Umbulharjo, Yogyakarta. Dua anaknya sudah berkeluarga sendiri. Kini ia menjadi pengurus rumah tangga sebuah keluarga di dekat kediamannya. Setiap hari ia memasak, menyetrika, merawat cucu majikan, hingga bersih-bersih rumah.
Selengkapnya