Kedai HeHa di jalan MH. Thamrin No 3 ini terbilang unik. Karena pelanggannya rata-rata adalah bule. Meski warga lokal juga tetap ada namun tak banyak.
SelengkapnyaKedai HeHa di jalan MH. Thamrin No 3 ini terbilang unik. Karena pelanggannya rata-rata adalah bule. Meski warga lokal juga tetap ada namun tak banyak.
"Awalnya ini ide suami saya pas ada bule datang untuk makan saya minta foto bersama terus dipajang, biar menarik perhatian gitu aja. Banyak ornamen papan catur bentuknya kayak kain Bali, jadi mungkin mereka mikirnya ini kedai makan khas Bali gitu," kata Diana Tarigan, pemilik kedai.
Setiap minggu kedai yang baru dibuka bulan November tahun lalu ini pasti selalu didatangi bule. Dirinya menambahkan kebanyakan bule-bule itu suka memesan nasi pecel. "Senangnya mereka itu selalu mengucapkan terimakasih setelah selesai makan, saya jadi banyak belajar dari mereka," jelasnya.
Sejak berhenti dari pekerjaannya memasang kusen alumunium di Bali, Heri Hermansyah warga asli Jodipan Kota Malang berjualan gulali di sekolah-sekolah. Jajajan jadul ini juga dijualnya di acara Malang Tempo Doeloe saat hari libur.
SelengkapnyaSejak berhenti dari pekerjaannya memasang kusen alumunium di Bali, Heri Hermansyah warga asli Jodipan Kota Malang berjualan gulali di sekolah-sekolah. Jajajan jadul ini juga dijualnya di acara Malang Tempo Doeloe saat hari libur.
Selama kurang lebih 10 tahun menjual gulali dia sudah dapat menghidupi keluarga dan menyekolahkan dua anaknya. Dia mengaku keahlian membuat gulali didapatnya dari orangtuanya, selain itu dia bisa menjamin gulali yang dijualnya adalah dari gula asli. "Bikin ginian gak susah, saya menikmati keuntungan dan kerugian yang saya jalani sekarang. Kalau gak dinikmati ya kapan bersyukurnya," katanya.
Kesehatan memang hal yang penting, hal inilah yang mendasari Bunga Annisa Lenanta (21) untuk membuka usaha smooties. Smooties adalah minuman berbahan baku buah-buahan, sayuran, sirup gula/gula pasir, susu tawar cair dan es batu.
SelengkapnyaKesehatan memang hal yang penting, hal inilah yang mendasari Bunga Annisa Lenanta (21) untuk membuka usaha smooties. Smooties adalah minuman berbahan baku buah-buahan, sayuran, sirup gula/gula pasir, susu tawar cair dan es batu.
"Awalnya karena aku pribadi kurang dapat asupan buah dan sayur mau makan itu selalu malas. Akhirnya aku nemu smooties ini, terus iseng aku upload kan di instagram eh banyak temen yang berminat sama produk ini," jelasnya.
Usaha online katering smooties yang bernama @_bunchies dan memberikannya banyak pengalaman. Mahasiswa tingkat akhir Universitas Brawijaya Malang ini mengaku meskipun dirinya sering menemukan pelanggan yang membuatnya jengkel namun dia tetap menyukai usaha yang sedang dijalankannya.
Minum susu dari gelas atau botol pasti sudah biasa kita rasakan, tapi bagaimana jika minum susu dari kantong darah? Ardi Angga Kusuma bersama dengan seorang temannya menggunakannya dalam bisnisnya.
SelengkapnyaMinum susu dari gelas atau botol pasti sudah biasa kita rasakan, tapi bagaimana jika minum susu dari kantong darah? Ardi Angga Kusuma bersama dengan seorang temannya menggunakannya dalam bisnisnya.
"Namanya Blood Us, ide minuman kemasan yang tidak lazim ini saya dapat dari salah satu media sosial yang ada di Thailand dimana mereka pakai kemasan kantong darah untuk kemasan minumnya," terang alumni Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang ini.
Harga kantong darah yang mahal menjadi kendala awal. Harganya pun mahal Rp 35.000/kantong. Akhirnya mendapat replika kantong darah yang harganya jauh lebih murah. Bisnis mereka pun berjalan. Ada enam varian rasa susu dan dia menjualkannya selain melalui media sosial setiap minggunya mereka berjualan di Car Free Day Ijen.
Ahmad Fadlul Akbar menekuni dunia lukis mural sejak 2 tahun lalu. Dari kesukaannya mural ini dia bersana komunitasnya diajak untuk menggambar mural di kampung jodipan kota Malang atau yang biasanya dikenal dengan kampung warna-warni.
SelengkapnyaAhmad Fadlul Akbar menekuni dunia lukis mural sejak 2 tahun lalu. Dari kesukaannya mural ini dia bersana komunitasnya diajak untuk menggambar mural di kampung jodipan kota Malang atau yang biasanya dikenal dengan kampung warna-warni.
"Awalnya pihak panitia menghubungi ke komunitas Turu Kene, itu komunitas yang saya ikuti sekarang. Kita diminta ngegambar mural di tembok-tembok yang ada di kampung Jodipan," terangnya.
Dia mengaku sudah pernah menggambar beberapa event yang diadakan di Malang dan juga di daerah rumah kumuh di Surabaya. Mahasiswa Univeritas Islam Negeri Malang ini mengatakan mural bisa turut memperindah kota dan juga lebih ramai untuk mengangkat isu sosial yang ada untuk kemudian dituangkan dalam sebuah gambar.
Punya hobi yang bisa mendatangkan rezeki memang sangat menyenangkan. Anja Arowana Episcia Liviana sudah lama merasakannya. Ia gemar melukis dan menerima pesanan orang. Harganya bisa Rp1 juta. "Ya lumayanlah untuk nambah-nambah uang jajan," terang wanita yang akrab disapa Anja ini.
SelengkapnyaPunya hobi yang bisa mendatangkan rezeki memang sangat menyenangkan. Anja Arowana Episcia Liviana sudah lama merasakannya. Ia gemar melukis dan menerima pesanan orang. Harganya bisa Rp1 juta. "Ya lumayanlah untuk nambah-nambah uang jajan," terang wanita yang akrab disapa Anja ini.
Selain melukis, alumni Sastra Inggris Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini memiliki banyak kegiatan di antara adalah menjadi salah seorang pelajar di kampusnya dan juga menjadi seorang wartawan di salah satu media online di kota Malang.
"Capek pasti, tapi karena saya menyukai semua kegiatan saya jadinya seru aja dan rasa capeknya jadi gak begitu dirasa. Mumpung masih muda harus banyak berkegiatan yang bermanfaat," imbuhnya. Ditengah-tengah kesibukannya dia kini juga sedang menjalani kuliah s2 di UMM jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Untuk urusan lukisan biasanya ia memanfaatkan instagram @anjadrawing
Satya Sandida (28) sosok pengusaha muda yang bekerja keras. Dia sempat berjualan kopi gerobak yang ditarik oleh sepeda ontel. Hal itu dilakukan karena memang keterbatasan modal. Tak jarang ia harus behadapan dengan Satpol PP yang memperingatkannya. Hingga akhirnya ia membuka kedai kopi Nomaden menetap di jalan Jenderal Basuki Rahmat, Kota Malang.
SelengkapnyaSatya Sandida (28) sosok pengusaha muda yang bekerja keras. Dia sempat berjualan kopi gerobak yang ditarik oleh sepeda ontel. Hal itu dilakukan karena memang keterbatasan modal. Tak jarang ia harus behadapan dengan Satpol PP yang memperingatkannya. Hingga akhirnya ia membuka kedai kopi Nomaden menetap di jalan Jenderal Basuki Rahmat, Kota Malang.
Usahanya yang dirintis pada 2014 lalu mendapatkan kopi dari petani kopi lokal dan sebagian diambil dari Jakarta. Dia mengaku keahliannya meracik kopi didapatkannya dari kursus. "Saya emang tertarik dengan kopi dan gak pernah ikut ke kedai kopi manapun," akunya.
Jangan setengah-setengah dalam menjalankan suatu pekerjaan yang disukai. Begitulah Gabriel Doelano Nahara (23) menjalani profesinya. "Semasa SMA dulu suka main musik, iseng gitu sama temen-temen. Terus kepikiran kenapa gak diseriusin sekalian akhirnya jadilah band namanya Strider dan Berbisa," katanya.
SelengkapnyaJangan setengah-setengah dalam menjalankan suatu pekerjaan yang disukai. Begitulah Gabriel Doelano Nahara (23) menjalani profesinya. "Semasa SMA dulu suka main musik, iseng gitu sama temen-temen. Terus kepikiran kenapa gak diseriusin sekalian akhirnya jadilah band namanya Strider dan Berbisa," katanya.
Dua bandnya ini di saat bersamaan telah merilis dua mini album. Pria yang akrab disapa Ebing ini selain aktif di dunia musik juga bekerja sebagai bartender di sebuah kedai kopi. Karena dia memang tertarik di dunia kopi.
"Ya lumayanlah untuk isi waktu luang mumpung masih muda. Syukurnya semua yang saya suka berjalan dengan lancar, selain dua kegiatan itu tadi saya juga magang di sebuah studio animasi gitu," ujar mahasiswa jurusan animasi Universitas Negeri Malang ini.
"Zine adalah sebuah media alternatif, isinya bisa macam-macam ada puisi, tulisan-tulisan yang saya buat sendiri setelah itu saya cetak dan saya distribusikan sendiri," kata Raja Gama Era.
Selengkapnya"Zine adalah sebuah media alternatif, isinya bisa macam-macam ada puisi, tulisan-tulisan yang saya buat sendiri setelah itu saya cetak dan saya distribusikan sendiri," kata Raja Gama Era.
Ada lima zine yang sudah dibuat, diantaranya berjudul Kafir, Keong, Senggaja Bertrilogi, dan Lima. "Yang asik dari membuat zine itu mengumpulkan materi dari membaca fenomena-fenomena sosial yang ada terus kita tuangkan lewat tulisan dan gambar-gambar ilustrasi gitu," terangnya.
Mahasiswa Arsitektur Universitas Brawijaya ini awalnya membuat zine dengan dana pribadinya sendiri, namun lama kelamaan ada orang yang mau mendanai proses pembuatan zine. Harapannya dengan adanya zine orang-orang khususnya anak muda punya wadah untuk mengekspresikan kreatifitasnya dan juga ketergantungan anak muda akan internet bisa sedikit dikurangi.
Kesukaan akan musik beraliran reage membuat Syaifulah menjadi seorang penata rambut 'gimbal'. "Musik reage kan penyanyinya banyak yang rambut gimbal nah dari situ saya belajar otodidak gitu gimbalin rambut, bisa rambut asli sama rambut sintetis," terangnya.
SelengkapnyaKesukaan akan musik beraliran reage membuat Syaifulah menjadi seorang penata rambut 'gimbal'. "Musik reage kan penyanyinya banyak yang rambut gimbal nah dari situ saya belajar otodidak gitu gimbalin rambut, bisa rambut asli sama rambut sintetis," terangnya.
Mahasiswa tingkat akhir Universitas Widyagama Malang ini mengaku bisa mendapatkan keuntungan yang lumayan dari hasil menggimbal rambut. Usaha yang dirintis sejak tahun 2013 ini dipromosikan melalui blog yang diberinya nama Rimba DreadLock
Selain itu dia juga pernah mengajukan usahanya menggimbal rambut ini di ajang program kreativitas mahasiswa (PKM). "Tahun lalu saya ajuin buat PKM dan lolos cuma tidak sampai PIMNAS," lanjutnya.
Cake in jar atau kue dalam toples sedang digandrungi masyarakat di kota Malang. Salah satu yang mempromosikan kue ini adalah Ferdha Agisyanto. Pemilik kafe Bunchbead ini mendirikan kafe dengan menu andalan kue dalam toples karena membaca peluang bahwa di kota Malang belum ada makanan serupa.
SelengkapnyaCake in jar atau kue dalam toples sedang digandrungi masyarakat di kota Malang. Salah satu yang mempromosikan kue ini adalah Ferdha Agisyanto. Pemilik kafe Bunchbead ini mendirikan kafe dengan menu andalan kue dalam toples karena membaca peluang bahwa di kota Malang belum ada makanan serupa.
Lulusan S1 Teknik Perencanaan Tata Kota Universitas Brawijaya ini sempat diragukan oleh kedua orangtuanya karena pilihannya untuk berbisnis di bidang kuliner. "Karena saya gak ada basic kuliner, saya kuliah jurusan teknik. Beda seratus delapan puluh derajat dengan bidang yang saya pelajari selama ini," ungkapnya.
Namun dengan kerja kerasnya dia bisa membuktikan bahwa keraguan orangtuanya itu salah. Kini dalam sebulan dia bisa mendapatkan omzet hingga Rp 100 jutaan.
Cantik, muda dan penuh semangat. Begitulah sosok Saza Azizah (23) yang akrab disapa Tika. Di usianya relatif masih muda, ia menjadi pengusaha dan sering diminta berbicara di berbagai forum. Tak hanya itu, ia juga dikenal sebagai MC berbakat.
SelengkapnyaCantik, muda dan penuh semangat. Begitulah sosok Saza Azizah (23) yang akrab disapa Tika. Di usianya relatif masih muda, ia menjadi pengusaha dan sering diminta berbicara di berbagai forum. Tak hanya itu, ia juga dikenal sebagai MC berbakat.
"Sekarang saya lagi sibuk di wedding organizer, MC di beberapa acara. Ya Alhamdulillah abis lulus kuliah gak nganggur," terang alumni Universitas Brawijaya Malang.
Perempuan cantik yang masuk 10 besar Raki Jawa Timur tahun 2013 ini sering juga diundang sebagai pemateri untuk public speaking hingga di luar Jawa. "Mumpung masih muda jadi ya harus banyak aksi. Selama itu sesuai dengan passion kita pasti bakal enjoy ngejalaninya," imbuhnya.
Ogsa Agfreansa (17) tak pernah menyangka ia akan bisa meraih medali emas di ajang internasional. Atlet cabang atletik ini telah meraih lebih dari 20 medali selama menjadi atlet. Dari jumlah tersebut, 11 medali merupakan prestasinya di ajang kejuaraan nasional dan satu medali perunggu didapatkannya dari ASEAN Schools Games Marikine City Philipina pada tahun 2014.
SelengkapnyaOgsa Agfreansa (17) tak pernah menyangka ia akan bisa meraih medali emas di ajang internasional. Atlet cabang atletik ini telah meraih lebih dari 20 medali selama menjadi atlet. Dari jumlah tersebut, 11 medali merupakan prestasinya di ajang kejuaraan nasional dan satu medali perunggu didapatkannya dari ASEAN Schools Games Marikine City Philipina pada tahun 2014.
Banyak pengalaman yang dia peroleh selama menjadi atlet. Awalnya ia tercatat sebagai atlet di Blitar, namun kemudian berpindah ke Malang hingga sekarang.
Bagi Krisna Yosabat memanah adalah olahraga yang mengasyikan, melatih kesabaran dan ketekunan. Ia pun menekuni olahraga ini sejak duduk di bangku SMP. Kini saat di SMAN 2 Batu, ia sudah banyak mengantongi prestasi di olahraga panahan. Diantarannya meraih tiga medali emas di tahun 2012, dan medali perunggu pada Pekan Olahraga Pelajar Daerah Jawa Timur (POPDA) pada tahun 2014.
SelengkapnyaBagi Krisna Yosabat memanah adalah olahraga yang mengasyikan, melatih kesabaran dan ketekunan. Ia pun menekuni olahraga ini sejak duduk di bangku SMP. Kini saat di SMAN 2 Batu, ia sudah banyak mengantongi prestasi di olahraga panahan. Diantarannya meraih tiga medali emas di tahun 2012, dan medali perunggu pada Pekan Olahraga Pelajar Daerah Jawa Timur (POPDA) pada tahun 2014.
"Ya karena dukungan dari kedua orangtua saya, niat dan kerja keras saya selama latihan memanah. Walaupun sangat melelahkan tapi kalau sudah suka ya mau bagaimana. Daripada habis pulang sekolah gak ngapa-ngapain," jelasnya. Yosa sapaan akrabnya mengaku hal yang paling sulit dalam olahraga ini adalah berlatih fokus dan konsentrasi.
"Menurut saya permasalahan yang ada di sekitar kita bisa dengan mudah diselesaikan dengan teknologi," kata Faza Abadi. Ia pun membuat bisnis yang berbasis teknologi yakni sebuah aplikasi yang diberinya nama Olride, aplikasi yang memudahkan orang agar tidak mengantre di bengkel sekaligus aplikasi pengingat untuk mengurus surat-surat kendaraan bermotor seperti STNK, SIM dan pajak.
Selengkapnya"Menurut saya permasalahan yang ada di sekitar kita bisa dengan mudah diselesaikan dengan teknologi," kata Faza Abadi. Ia pun membuat bisnis yang berbasis teknologi yakni sebuah aplikasi yang diberinya nama Olride, aplikasi yang memudahkan orang agar tidak mengantre di bengkel sekaligus aplikasi pengingat untuk mengurus surat-surat kendaraan bermotor seperti STNK, SIM dan pajak.
"Saya pernah bikin wizkul.com dan nakamsam.com aplikasi buat booking antrean di restoran gitu," ujarnya. Namun kedua starup tersebut tidak berjalan sesuai dengan keinginannya, meskipun begitu dia tetap getol membuat startup yang dapat memudahkan orang lain, terbukti dengan aplikasi Olride yang sedang dikembangkannya saat ini.
Sudah 60 tahun Ki Matropi (80) menggeluti dunia perwayangan. Semua berawal dari kesenangannya menemani kakeknya yang juga seorang dalang. Di usianya yang sudah tua, ia pun pensiun dari dalang namun pria yang tinggal di Madyopuro, Kedungkandang kota Malang ini beralih menjadi pembuat wayang dari kertas.
SelengkapnyaSudah 60 tahun Ki Matropi (80) menggeluti dunia perwayangan. Semua berawal dari kesenangannya menemani kakeknya yang juga seorang dalang. Di usianya yang sudah tua, ia pun pensiun dari dalang namun pria yang tinggal di Madyopuro, Kedungkandang kota Malang ini beralih menjadi pembuat wayang dari kertas.
"Biasanya ini pesanan orang-orang, paling kecil harganya Rp 50.000 kalau paling besar Rp 300.000," ujarnya.
Pria kelahiran Lumajang ini mengaku uang yang didapatnya dari menjual wayang tidak sebanding dengan kerja kerasnya membuat wayang. Meski begitu kegiatan yang telah ditekuninya dari tahun 1986 ini tetap dijalaninya dengan suka hati "namanya juga sudah hobi dan saya punya tujuan untuk melestarikan budaya yang ada," imbuhnya.
Bagi sebagian orang mempelajari bahasa isyarat mungkin sangatlah tidak menarik, namun tidak untuk seorang Rafidah Riahta Sebayang. Fida, begitu ia akrab disapa, mulai bersentuhan dengan bahasa isyarat sejak tahun 2010 saat ikut kegiatan sosial. "Terus aktif jadi pendamping difabel. Kebetulan di Universitas Brawijaya memang ada program khusus untuk mahasiswa difabel," ujar alumni jurusan Psikologi Universitas Brawijaya Malang ini.
SelengkapnyaBagi sebagian orang mempelajari bahasa isyarat mungkin sangatlah tidak menarik, namun tidak untuk seorang Rafidah Riahta Sebayang. Fida, begitu ia akrab disapa, mulai bersentuhan dengan bahasa isyarat sejak tahun 2010 saat ikut kegiatan sosial. "Terus aktif jadi pendamping difabel. Kebetulan di Universitas Brawijaya memang ada program khusus untuk mahasiswa difabel," ujar alumni jurusan Psikologi Universitas Brawijaya Malang ini.
Dalam seminggu dia biasa mendampingi tujuh mahasiswa untuk menterjemahkan materi yang disampaikan dosen kepada mahasiswa tunarungu yang didampinginya. Berkat keahliannya sebagai penterjemah bahasa isyarat untuk mahasiswa tunarungu dia sempat menjuarai sebuah lomba bahasa isyarat dan menyabet gelar juara 1.
Bagaimana jadinya jika ada coklat rasa tempe? Nah, Yoga Surya Pratama mencoba membuat kombinasi baru dalam memadukannya. Usahanya ini dimulai saat masih duduk di bangku SMK 6 Kota Malang.
SelengkapnyaBagaimana jadinya jika ada coklat rasa tempe? Nah, Yoga Surya Pratama mencoba membuat kombinasi baru dalam memadukannya. Usahanya ini dimulai saat masih duduk di bangku SMK 6 Kota Malang.
Dengan belajar secara otodidak dia dibantu dengan ibunya untuk membuat coklat tempe. "Waktu awal sempat gagal bikin, rasanya nggak enak tapi saya gak mau nyerah. Saya cari tahu apapun yang bisa menunjang usaha saya di internet dan jadilah sekarang coklat tempe yang saya beri nama dekonco," terangnya.
Saat ini produknya sudah dikenal di beberapa kota di Indonesia dan sudah dipasarkan ke lebih dari 50 toko yang tersebar di Indonesia.
Menjadi seorang desainer dan penata rias tidak pernah dibayangkan oleh Khadija Azzahra sebelumnya. Gadis cantik yang masih berstatus sebagai mahasiswa semester 5 Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Brawijaya ini memulai usahanya dengan tanpa disengaja.
SelengkapnyaMenjadi seorang desainer dan penata rias tidak pernah dibayangkan oleh Khadija Azzahra sebelumnya. Gadis cantik yang masih berstatus sebagai mahasiswa semester 5 Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Brawijaya ini memulai usahanya dengan tanpa disengaja.
"Awalnya karena saya ikut pemotretan untuk majalah Islami, setiap pemotrtan kan biaya make up nya mahal, lalu saya coba-coba make up sendiri. Awalnya minder dengan hasil make up saya tapi malah temen-temen banyak yang nanya. Saya memberanikan diri untuk membuka jasa make up," terangnya.
Dari sanalah dia mengumpulkan uang untuk modal menjadi seorang desainer, berbekal kesukaannya mewarnai gambar dia nekat untuk menjadi seorang desainer dan karena kenekatannya itulah sekarang karya-karyanya bisa disandingkan dengan desainer profesional lainnya di Indonesia. Kini pendapatannya puluhan juta rupiah setiap bulan.
Kreatif dan tekun. Itulah sosok Lutfia Firmaningtyas (32). Ia menggeluti kerajinan decoupage sejak tahun 2003. Decoupage adalah kerajinan memanfaatkan tisu, kertas, majalah, koran atau bahan lain lalu ditempel di berbagai media dan dikasih efek biar keliatan kayak dilukis itulah yang dinamakan kerajinan decoupage.
SelengkapnyaKreatif dan tekun. Itulah sosok Lutfia Firmaningtyas (32). Ia menggeluti kerajinan decoupage sejak tahun 2003. Decoupage adalah kerajinan memanfaatkan tisu, kertas, majalah, koran atau bahan lain lalu ditempel di berbagai media dan dikasih efek biar keliatan kayak dilukis itulah yang dinamakan kerajinan decoupage.
Dia mulai menggunakan pandan sebagai bahan yang dibentuk menjadi tas, dompet dan ditempeli tisu dari Perancis yang sudah bermotif. Pengalaman tidak mengenakkan selama berbisnis adalah tisu yang dipesannya dari luar negeri hampir selalu tertahan di Bea Cukai.
"Sering barang pesananan saya nyangkut di Bea cukai terus saya harus bayar lagi biar barangnya bisa keluar," imbuhnya. Karya dari alumni Universitas Negeri Malang ini telah merambah ke beberapa negara antara lain Brunei Darussalam, Malaysia, Dubai,Pakistan, India.
Pintar, tampan dan berbakat adalah ungkapan yang cocok bagi Muhammad Vardian Mahardika. Dokter muda ini juga menjadi Duta Batik Nusantara tahun 2015.
SelengkapnyaPintar, tampan dan berbakat adalah ungkapan yang cocok bagi Muhammad Vardian Mahardika. Dokter muda ini juga menjadi Duta Batik Nusantara tahun 2015.
Tak mudah untuk menyandang gelar yang didapatnya dari ajang gelaran Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia. Ia harus menyisihkan 700 pendaftar lainnya untuk bisa mendapatkan gelar tersebut.
Mahasiswa pascasarjana Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang ini mengaku untuk menambah pengetahuannya tentang batik dia mengunjungi sentra batik di Blimbing dan juga membeli beberapa buku tentang batik. "Aku cukup lama belajar di Batik Blimbing dan beli beberapa buku tentang batik dan dari situ kekagumanku buat batik makin nambah," ujarnya.
Berawal dari usaha menyenangkan anak perempuannya, membuat Srikurnia Mahiruni (32) memiliki ide membuat boneka dari kaus kaki. Lalu, hobinya itupun dikembangkan menjadi usaha. Editor di salah satu media online di kota Malang ini menyisihkan sebagian waktunya untuk membuat boneka-boneka dengan karakter berneda.
SelengkapnyaBerawal dari usaha menyenangkan anak perempuannya, membuat Srikurnia Mahiruni (32) memiliki ide membuat boneka dari kaus kaki. Lalu, hobinya itupun dikembangkan menjadi usaha. Editor di salah satu media online di kota Malang ini menyisihkan sebagian waktunya untuk membuat boneka-boneka dengan karakter berneda.
"Walaupun jadi editor sudah ribet tapi bikin boneka ini menyenangkan juga, kan hobi yang dibayar itu bisa bikin senangnya berlipat-lipat," ungkapnya.
Sebelum memilih untuk membuat boneka dari kaus kaki dia pernah mencoba untuk membuat mainan dari clay namun karena hasilnya kurang maksimal dia tidak meneruskannya.
Perempuan yang tinggal di Kedungkandang, Kota Malang ini selain menjual dagangannya lewat online, dia juga memiliki galerry untuk menjualkan produknya di rumahnya sendiri. Produknya ini sudah dikenal sampai ke luar pulau jawa.
Sulistyaningtyas atau yang lebih dikenal dengan nama pena Tyas Effendi adalah novelis muda dari kota Malang. Terhitung sudah enam buku yang ditulisnya. Buku pertamanya berjudul Izinkan Aku Bersujud bercerita tentang kisah seorang perawat Indonesia dalam perang Lebanon yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Malaysia.
SelengkapnyaSulistyaningtyas atau yang lebih dikenal dengan nama pena Tyas Effendi adalah novelis muda dari kota Malang. Terhitung sudah enam buku yang ditulisnya. Buku pertamanya berjudul Izinkan Aku Bersujud bercerita tentang kisah seorang perawat Indonesia dalam perang Lebanon yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Malaysia.
Kecintaannya terhadap dunia tulis menulis disadarinya sejak tahun 2008 saat melihat sang kakak yang juga kembaran gadis berhijab ini menjuarai lomba menulis cerpen Islami. "Dari situ saya terinspirasi buat bikin buku," ujar perempun berhijab ini.
Buku-buku yang sudah dihasilkan perempuan yang juga mantan pimpinan umum lembaga pers mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya antara lain, Izinkan Aku Bersujud, Life After You, Catatan Musim, Dance for Two, Tentang Waktu, dan Untuk Apa Kau Menandai Waktu.
Sosok Yuli Sumpil tak asing bagi warga kota Kota apalagi para pecinta bola. Ia adalah dirijen kebanggan Arema. Pria kelahiran 14 Juli 1976 ini sudah sejak kelas 5 SD menjadi Aremania.
SelengkapnyaSosok Yuli Sumpil tak asing bagi warga kota Kota apalagi para pecinta bola. Ia adalah dirijen kebanggan Arema. Pria kelahiran 14 Juli 1976 ini sudah sejak kelas 5 SD menjadi Aremania.
Karena dedikasi yang tinggi terhadap tim sepakbola kebanggaan kota Malang ini ia dipilih menjadi dirijen sejak 2009 lalu. Dia dipilih karena penampilan fisik yang ceria dan nyentrik serta mampu berkomunikasi dengan supporter yang lain.
"Karena suporter Arema itu kompak jadinya saya dan teman saya mudah untuk mengkoordinasikannya," ujarnya. Kisah hidupnya menginspirasi dan dijadikan sebagai cerita sebuah film dokumenter yang berjudul The Conductor
Berawal tahun 2008, Miftahul Huda bersama dengan kakaknya memiliki ide untuk membuat sebuah usaha kuliner yang diberi nama Barokah. Camilan yang dijualnya adalah camilan berbahan dasar makaroni dengan berbagai macam rasa.
SelengkapnyaBerawal tahun 2008, Miftahul Huda bersama dengan kakaknya memiliki ide untuk membuat sebuah usaha kuliner yang diberi nama Barokah. Camilan yang dijualnya adalah camilan berbahan dasar makaroni dengan berbagai macam rasa.
Di awal usahanya camilan yang dijualnya hanya laku terjual sekitar 30-50 pak tiap minggunya dan mendapatkan untung Rp 1,5 juta perbulan. Perjuangannya begitu keras, dia rela untuk menunda kuliah selama satu tahun agar bisa fokus kepada usahanya. Kini ia tercatat sebagai mahasiswa Universitas Brawijaya Malang dan bergabung dengan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) wirausaha UB.
"Dari sanalah saya banyak bertemu dan bertukar pikirian dengan pengusaha-pengusaha muda dari kota Malang," terangnya. Saat ini berkembang dan produknya tak hanya dijual di Malang, melainkan juga sampai ke Kalimantan.
Selain sebagai buku bacaan, komik juga bisa dijadikan sebagai media berdakwah. Itulah yang dilakukan Veby Surya Wibawa. Ia mulai menekuni dunia komik semenjak inspirasi dari sang istri. "Jadi istri saya yang mendorong saya untuk menekuni membuat komik karena dia melihat bakat tersembunyi saya," ungkapnya.
SelengkapnyaSelain sebagai buku bacaan, komik juga bisa dijadikan sebagai media berdakwah. Itulah yang dilakukan Veby Surya Wibawa. Ia mulai menekuni dunia komik semenjak inspirasi dari sang istri. "Jadi istri saya yang mendorong saya untuk menekuni membuat komik karena dia melihat bakat tersembunyi saya," ungkapnya.
Dalam komik-komik yang dijualnya dia selalu menyelipkan pesan-pesan yang dapat bermanfaat untuk orang lain, seperti dalam salah satu komiknya yang berjudul 'Penjara Dunia' yang menceritakan insafnya seorang manajer yang suka korupsi karena surat pengunduran diri salah satu karyawannya yang tidak bisa menerima praktik KKN dirinya.
Komik buatan alumni teknik arsitektur Universitas Brawijaya Malang ini tidak hanya beredar di Indonesia namun juga beredar si Malaysia dan Singapura.
Ratemat Aboe, begitulah namanya. Usianya tidak muda lagi, yakni 77 tahun. Namun semangatnya untuk memberikan pendidikan kepada anak-anak usia SD di sekitar rumahnya tetap tinggi. Anak-anak tersebut adalah anak para pemulung yang tergolong miskin.
SelengkapnyaRatemat Aboe, begitulah namanya. Usianya tidak muda lagi, yakni 77 tahun. Namun semangatnya untuk memberikan pendidikan kepada anak-anak usia SD di sekitar rumahnya tetap tinggi. Anak-anak tersebut adalah anak para pemulung yang tergolong miskin.
"Waktu itu saya lihat tetangga saya selalu mukulin anaknya pas nyuruh belajar gitu, karena saya gak bisa lihat anak kecil dipukuli jadi saya nyuruh anaknya untuk belajar sama saya aja biar tidak dipukuli," ujarnya.
Para tetangganya itu tidak ada waktu mendampingi anak-anaknya belajar, karena mereka sudah disibukkan mencari makan untuk hari ini. Berawal dari pengalamannya itulah kakek Aboe mendirikan tempat belajar bagi anak-anak di rumahnya di jalan Tanjungrejo 1 Kecamatan Sukun, Kota Malang.
Pria yang mengaku hanya lulusan sekolah dasar Pamong ini setiap hari harus belajar pelajaran anak SD agar bisa memberikan bimbingan belajar yang maksimal. Ia sendiri adalah tukang becak, dan istrinya seorang pemulung demi memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
"Karena kalau cuma dari becak saya cuma dapat maksimal sehari Rp 30.000 lha kalau istri saya tidak membantu gimana mau bayar kontrakan yang sebulannya Rp 220.000," imbuhnya.
Hanya bermodalkan uang Rp 200.000, Ratna Fadhilah nekat membuka usaha cheese cake. "Ya dirumah ada oven dan mixer yang dikasih sama temen, pas nemu resep itu saya coba-coba buatnya dan rasanya enak kemudian saya pasarkan," ujarnya.
SelengkapnyaHanya bermodalkan uang Rp 200.000, Ratna Fadhilah nekat membuka usaha cheese cake. "Ya dirumah ada oven dan mixer yang dikasih sama temen, pas nemu resep itu saya coba-coba buatnya dan rasanya enak kemudian saya pasarkan," ujarnya.
Awalnya dia mengaku sangat kerepotan dalam membagi waktu antara produksi dan memasarkannya. "Pernah saya dulu nangis di pinggir jalan karena kehujanan dan capek juga karena mengantar pesanan," katanya.
Namun, saat ini usahanya sudah sukses dan memiliki banyak pesanan. Ia juga sudah punya seorang karyawan yang membantunya dalam mengembangkan bisnis kuenya.
Bagi kamu yang ada di Malang, mungkin tak asing dengan Teh Racek, franchise minuman yang punya 77 gerai se-kota Malang. Pemiliknya adalah Eko Sugiarto (39). Sebelum membuka bisnisnya, Eko adalah karyawan sebuah perusahaan dengan gaji Rp 20 juta perbulan.
SelengkapnyaBagi kamu yang ada di Malang, mungkin tak asing dengan Teh Racek, franchise minuman yang punya 77 gerai se-kota Malang. Pemiliknya adalah Eko Sugiarto (39). Sebelum membuka bisnisnya, Eko adalah karyawan sebuah perusahaan dengan gaji Rp 20 juta perbulan.
Namun, ia memilih resign lantaran ingin menjadi seorang pengusaha yang mandiri. Awalnya Eko tidak langsung sukses seperti sekarang. Tahun 2007, Eko memulainya dari nol dengan membuka gerai di food court salah satu mall di kota Malang.
"Waktu awal buka selama enam bulan gerai selalu sepi, saya juga masih kerja di perusahaan dan gaji dari perusahaan itu saya pakai untuk modalin usaha ini," terangnya.
Karena kegigihan dan keuletannya ini akhirnya usaha teh raciknya bisa sukses. Dia mengaku bahwa kesuksesannya saat ini adalah hasil kerja kerasnya sejak muda.
Dunia foto model selalu identik dengan wanita berparas cantik dan fotogenik, hal inilah yang membuatnya terjun ke dunia model. "Saya di dunia modeling, bukan sebagai model catwalk tapi jadi model foto," ujarnya.
SelengkapnyaDunia foto model selalu identik dengan wanita berparas cantik dan fotogenik, hal inilah yang membuatnya terjun ke dunia model. "Saya di dunia modeling, bukan sebagai model catwalk tapi jadi model foto," ujarnya.
Gadis berusia 17 tahun ini tidak menampik bahwa dunia yang digelutinya rentan dengan kesan negatif, namun Rifa sapaan akrab gadis ini tetap enjoy menjalaninya. "Karena orangtua terutama mama saya mendukung penuh saya menjadi foto model, jadinya saya ya tambah semangat," imbuhnya.
Dari menjadi seorang foto model, siswi di salah satu SMA negeri yang ada di kota Malang ini mengaku bisa membeli peralatan make up dan kebutuhan pribadinya sendiri tanpa harus meminta uang ke orangtuanya.
Berawal dari iseng menonton YouTube yang menayangkan cara mengukir sebuah lilin, kini Dedy Wirabuana (35) menjadi pengusaha lilin ukir yang karyanya diminati oleh pasar luar negeri. "Kebanyakan peminatnya dari Australia, Malaysia dan China," katanya.
SelengkapnyaBerawal dari iseng menonton YouTube yang menayangkan cara mengukir sebuah lilin, kini Dedy Wirabuana (35) menjadi pengusaha lilin ukir yang karyanya diminati oleh pasar luar negeri. "Kebanyakan peminatnya dari Australia, Malaysia dan China," katanya.
Pria alumnus STIBA Malang ini mengaku saat awal menjalani usaha lilin ukir ini sama sekali tak menyangka akan bisa berkembang seperti saat ini. Dalam jangka waktu satu bulan dia dan pada pekerjanya bisa merampungkan 3.000 buah lilin ukir. Karena kerja kerasnya inilah sekarang usahanya bisa maju dan dikenal banyak orang.
Kalau Bali terkenal dengan jogernya, kota Malang pun tak mau kalah. Dari tangan kreatif Tjandra Purnama Edhi terciptalah souvenir khas Malang dengan merek Soak Ngalam. Bahasa walikan khas Malang menjadi ciri khas produk ini.
SelengkapnyaKalau Bali terkenal dengan jogernya, kota Malang pun tak mau kalah. Dari tangan kreatif Tjandra Purnama Edhi terciptalah souvenir khas Malang dengan merek Soak Ngalam. Bahasa walikan khas Malang menjadi ciri khas produk ini.
Dia mengaku ide membuat Soak Ngalam berawal dari keinginannya mempromosikan budaya khas Malang kepada wisatawan. "Malang kan unik dengan bahasa walikan yang dimilikinya, saya mau melestarikan bahasa yang dibalik- balik ini," terangnya. Bahasa walikan misalnya Malang menjadi Ngalam.
Dia mengaku bahwa usahanya ini sempat mengalami kendala yaitu penjiplakan atas produk kaos kreatif karyanya. Namun dari situ juga produknya semakin banyak dikenal orang.
Ika Istiana (27) mahir di dunia teknik mesin. Ia adalah alumni jurusan Teknik Mesin Universitas Brawijaya Malang dan kini bekerja sebagai engineer untuk perusahaan Korea yang berbasis di Jakarta.
SelengkapnyaIka Istiana (27) mahir di dunia teknik mesin. Ia adalah alumni jurusan Teknik Mesin Universitas Brawijaya Malang dan kini bekerja sebagai engineer untuk perusahaan Korea yang berbasis di Jakarta.
"Dulu saya disuruh Bapak saya untuk kuliah di mesin, awalnya saya tidak tertarik sama sekali, tapi karena saya punya prinsip tidak boleh melawan orangtua makannya saya menuruti kata bapak saya," jelasnya.
Pada masa awal kuliah dia merasa bahwa kurang pas dengan jurusan yang dipilihnya. Namun lama kelamaan dia bisa enjoy dengan perkuliahan dengan kegiatan-kegiatan baik luar maupun dalam kampus yang diikutinya seperti menjadi coordinator di IIWC Local Community Malang dan magang sebagai project executor di KVT yang ada di Findlandia.
Dias Satria SE. MAppEC. PhD., begitulah nama lengkap dan gelarnya. Ia adalah dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Brawijaya. Dengan usia yang tergolong muda, yakni 33 tahun, ini gemar ngopi di kafe-kafe yang menurutnya cozy. Saat-saat itulah ia sering mengajak mahasiswanya untuk berdiskusi di kafe.
SelengkapnyaDias Satria SE. MAppEC. PhD., begitulah nama lengkap dan gelarnya. Ia adalah dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Brawijaya. Dengan usia yang tergolong muda, yakni 33 tahun, ini gemar ngopi di kafe-kafe yang menurutnya cozy. Saat-saat itulah ia sering mengajak mahasiswanya untuk berdiskusi di kafe.
"Biar suasananya lebih santai dan mahasiswa bisa jauh lebih ekspresif dalam menyampaikan gagasannya jika dibawa diskusi ke kafe," katanya.
Pria lulusan University of Adelaide ini juga sering berbagi motivasi dan inspirasi. "Biasanya kayak semacam workshop gitu yang diadakan di kafe, gratis. Paling-paling mereka hanya bayar makan dan minum untuk mereka sendiri " imbuhnya.
Selain itu bapak tiga anak ini juga memiliki hobi gowes, dan dia merupakan salah satu pendiri komunitas Markiwest (Mati Kita Gowes) South Australia saat masih menjadi mahasiswa di sana.
Hidup ini butuh kerja keras. Begitulah Iwan Wahyudi (31) memahaminya. Guna mencukupi kebutuhan keluarganya, ia sehari-hari berjualan keong lukis keliling kota Malang menggunakan sepeda motornya. Namun kadang-kadang pria asli Dampit, Malang ini berjualan di depan sekolah dasar atau di taman-taman kota Malang.
SelengkapnyaHidup ini butuh kerja keras. Begitulah Iwan Wahyudi (31) memahaminya. Guna mencukupi kebutuhan keluarganya, ia sehari-hari berjualan keong lukis keliling kota Malang menggunakan sepeda motornya. Namun kadang-kadang pria asli Dampit, Malang ini berjualan di depan sekolah dasar atau di taman-taman kota Malang.
"Awalnya saya buruh bangunan," katanya. Dia mengaku kalau pada zaman sekarang mencari pekerjaan yang bisa membuatnya nyaman dan tidak terikat sangatlah sulit. Ia pun memilih usaha kecil-kecilan meski harus bersabar. "Kalau kayak gini kan saya bisa ngatur sendiri jadwal kerja saya," ucapnya.
Berawal dari keinginan memiliki jam tangan yang limited edition membuat Nanda Eka Chandra (23) memiliki ide membuat jam tangan sendiri. Jadilah brand nolsams untuk tiap produk jam tangannya. Usahanya sempat vakum satu tahun karena tidak ada modal. "Awal modal patungan sama temen cuma Rp 50.0000, setelah itu kita riset sana sini modal habis dan nyari-nyari lagi modal dari awal. Alhamdulillah sekarang udah balik modal dan kualitas jam tangannya terjamin," terangnya.
SelengkapnyaBerawal dari keinginan memiliki jam tangan yang limited edition membuat Nanda Eka Chandra (23) memiliki ide membuat jam tangan sendiri. Jadilah brand nolsams untuk tiap produk jam tangannya. Usahanya sempat vakum satu tahun karena tidak ada modal. "Awal modal patungan sama temen cuma Rp 50.0000, setelah itu kita riset sana sini modal habis dan nyari-nyari lagi modal dari awal. Alhamdulillah sekarang udah balik modal dan kualitas jam tangannya terjamin," terangnya.
Selain menjadi pengusaha jam tangan, mahasiswa lulusan Fakultas Hukum Universitas Brawijaya ini juga memiliki kesibukan lainnya, yaitu menjadi bassis di sebuah band lokal di kota Malang.
Kedepannya dia ingin menjadikan nolsams sebagai sebuah brand yang bergerak di bidang indutri kreatif yang dapat memperkerjakan orang-orang sesuai dengan minat mereka. Selain itu ia ingin jam tangan buatanya bisa dijual di kancah dunia.
Usianya tak muda lagi. Namun semangat menjaga dan merawat kaset radio, cd, piringan hitam, alat musik dan beberapa barang koleksi lainnya yang ada di Museum Musik Indonesia tidaklah padam. Dia adalah Usman (70) seorang penjaga museum yang berada di jalan Griyasanta kota Malang. Sejak tahun 2013 pensiunan pegawai pegadaian ini mengisi waktu luangnya dengan menjadi seorang penjaga museum.
SelengkapnyaUsianya tak muda lagi. Namun semangat menjaga dan merawat kaset radio, cd, piringan hitam, alat musik dan beberapa barang koleksi lainnya yang ada di Museum Musik Indonesia tidaklah padam. Dia adalah Usman (70) seorang penjaga museum yang berada di jalan Griyasanta kota Malang. Sejak tahun 2013 pensiunan pegawai pegadaian ini mengisi waktu luangnya dengan menjadi seorang penjaga museum.
Profesi itu diawali karena kecintaannya pada dunia museum. "Dulu itu saya punya grup namanya Gaplek singkatan dari Gabungan Pelajar Intelek yang sukanya bikin acara musik. Dari grup itulah saya sekarang dapat kesempatan buat jaga museum ini," ujarnya.
Ia suka bisa bertukar cerita dengan pengunjung. Namun kadang ia tak suka dengan mahasiswa yang mengerjakan skripsi tentang museum disini. Karena kadang ada mahasiswa nakal yang memindahkan koleksi kaset-kaset tanpa memberitahu.
Menjadi salah seorang penggagas sekaligus pegiat Komunitas Kalimetro membuat Yogi Fachri Prayoga menjadi pribadi yang lebih peduli terhadap masyarakat. "Komunitas ini fokus untuk membangun gerakan kebudayaan. Jadi bisa dari segala sektor, sastra, diskusi pemikiran ataupun pameran-pameran," katanya.
SelengkapnyaMenjadi salah seorang penggagas sekaligus pegiat Komunitas Kalimetro membuat Yogi Fachri Prayoga menjadi pribadi yang lebih peduli terhadap masyarakat. "Komunitas ini fokus untuk membangun gerakan kebudayaan. Jadi bisa dari segala sektor, sastra, diskusi pemikiran ataupun pameran-pameran," katanya.
Dengan komunitas ini Yogi mengajak pemuda-pemuda di kota Malang untuk dapat mengekspresikan diri di bidang seni dan sastra. Tahun lalu digelar pameran street photografi yang bertema kota dan kesenjangan. Ada unsur seni tapi juga mengangkat isu sosial.
Mahasiswa tingkat akhir di Universitas Brawijaya ini juga aktif sebagai relawan di komunitas Malang Corruption Watch (MCW). Dengan adanya komunitas ini dia berharap anak-anak muda di kota Malang khususnya bisa memiliki tempat untuk berkarya, kreatif dan juga berpikir kritis.
Kecintaannya terhadap dunia dongeng membawa Elis Siti Toyibah menjadi seorang Ventriloquist atau istilah untuk pemain boneka dengan suara perut. Dari kegemarannya itu, ia sering berkeliling Indonesia secara gratis karena diundang untuk mendongengkan cerita-cerita dengan menggerakan boneka Cetta. Mahasiswi Universitas Brawijaya Malang ini tak kalah piawainya dengan pendongeng legendaris Ria Enes.
SelengkapnyaKecintaannya terhadap dunia dongeng membawa Elis Siti Toyibah menjadi seorang Ventriloquist atau istilah untuk pemain boneka dengan suara perut. Dari kegemarannya itu, ia sering berkeliling Indonesia secara gratis karena diundang untuk mendongengkan cerita-cerita dengan menggerakan boneka Cetta. Mahasiswi Universitas Brawijaya Malang ini tak kalah piawainya dengan pendongeng legendaris Ria Enes.
"Dulu waktu kecil ayah saya selalu membelikan buku cerita untuk saya baca, terus saya jadi suka cerita dongeng. Lalu saya iseng mendongeng di depan anak-anak sekitar rumah dan banyak yang suka," ungkapnya.
Gadis berhijab ini mengaku sempat belajar tentang ventriloquist lewat salah satu juara American's Got Talent yaitu Paul Zerdin. "jadi dulu ketemu di dunia maya terus sempat nanya-nanya tentang teknik dan lain-lain. Justru pas nanya itu dia belum ikutan ajang pencarian bakat itu," imbuhnya.
Reynaldi Angga Pratama Sazali (23) akrab dengan jajanan tradisional. Ia berinovasi dengan klepon agar menjadi jajanan yang wah. "Orangtua saya memang punya usaha bikin klepon konvensional yang rasa pandan dan isinya gula merah, karena setiap hari saya lihat gimana bikinnya dari situ saya mulai punya ide kenapa gak bikin klepon buah," terangnya.
SelengkapnyaReynaldi Angga Pratama Sazali (23) akrab dengan jajanan tradisional. Ia berinovasi dengan klepon agar menjadi jajanan yang wah. "Orangtua saya memang punya usaha bikin klepon konvensional yang rasa pandan dan isinya gula merah, karena setiap hari saya lihat gimana bikinnya dari situ saya mulai punya ide kenapa gak bikin klepon buah," terangnya.
Ia mulai merintis usahanya tahun 2011. Mahasiswa tingkat akhir di Universitas Brawijaya Malang ini sempat hendak menyerah dalam menjalankan usahanya, namun keinginannya untuk sukses membuatnya terus bertahan. Ia sempat menjual klepon buah di pinggir jalan Veteran kota Malang dan sempat digusur oleh satpol PP.
Namun ia terus berusaha dan kini bisa menjual dagangannya di beberapa kafe di kota Malang. Selain itu perharinya usahanya ini memiliki omset Rp 3 juta hingga Rp 5juta.
Bosan bermain musik dengan format band yang banyak personil, membuat Oddy Satya beralih menjadi solois. Dengan menjadi solois ia banyak belajar mulai dari aransement, bikin lagu sampai uang manggung juga buat sendiri.
SelengkapnyaBosan bermain musik dengan format band yang banyak personil, membuat Oddy Satya beralih menjadi solois. Dengan menjadi solois ia banyak belajar mulai dari aransement, bikin lagu sampai uang manggung juga buat sendiri.
Baginya bersolo karier bisa jadi lebih bebas untuk berekspresi, tidak dikekang ataupun tidak harus menunggu perseretujuan orang lain dulu. Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang ini kerap nengunggah hasil karya-karya musiknya melalui media sosial Soundcloud. Kini dia juga berencana meluncurkan karya dalam bentuk mini album.
Malang Creators adalah sebuah wadah untuk menampung orang-orang kreatif dan menghibur di kota Malang. Penggagasnya adalah Arie Ramadhan, seorang youtubers yang berasal dari kota Malang. "Awalnya grup ini terbentuk karena keresahan saya pribadi, di kota Malang ini banyak anak muda kreatif. Mereka tumbuh dan dikenal di kota Malang tapi kayak berdiri sendiri-sendiri," terangnya.
SelengkapnyaMalang Creators adalah sebuah wadah untuk menampung orang-orang kreatif dan menghibur di kota Malang. Penggagasnya adalah Arie Ramadhan, seorang youtubers yang berasal dari kota Malang. "Awalnya grup ini terbentuk karena keresahan saya pribadi, di kota Malang ini banyak anak muda kreatif. Mereka tumbuh dan dikenal di kota Malang tapi kayak berdiri sendiri-sendiri," terangnya.
Grup ini terbentuk pada awal bulan November tahun 2015. Meskipun terbilang baru, namun grup ini sudah bisa mengumpulkan anak-anak muda kota Malang yang bergerak di bidang kreatif seperti d_kdorr, devina aurel, Indra widjaya dan banyak creator lainnya. "Jadi bisa dibilang grup ini dulunya kumpulan YouTubers kota Malang tapi saya dan kawan-kawan berpikiran untuk mengembangkannya lagi," ungkapnya.
Komunitas Enam Dua Project. Begitulah namanya. Komunitas diinisiasi oleh beberapa orang yang dulunya tergabung dalam Kelas Inspirasi Malang. Salah satunya adalah Khairul Amin (25).
SelengkapnyaKomunitas Enam Dua Project. Begitulah namanya. Komunitas diinisiasi oleh beberapa orang yang dulunya tergabung dalam Kelas Inspirasi Malang. Salah satunya adalah Khairul Amin (25).
"Saya dan beberapa teman yang tergabung dalam komunitas ini berfokus pada pendidikan tingkat sekolah dasar, biasanya kita melakukan donasi seperti alat tulis, buku-buku dan juga berbagai rangkaian kegiatan jadi tidak hanya donasi kemudian selesai begitu saja," terangnya.
Khusus pada bulan Ramadhan kemarin komunitasnya juga melakukan beberapa kegiatan donasi ke panti asuhan, ataupun membagi-bagikan makanan berbuka kepada orang-orang yang ada di jalan-jalan kota Malang. "Saya semakin mengerti bagaimana kita harus bersyukur. Saya jadi lebih peduli dan paham pengertian dari berbagi," ucapnya.
Mahasiswa lulusan Universitas Negeri Malang ini berharap, kedepannya makin banyak orang yang peduli kepada sesama khususnya di bidang pendidikan, karena baginya pendidikan merupakan kunci dari kehidupan.
Bagi Fajar Surya Dewantara berorganisasi sudah menjadi kebiasaan yang jika tidak dilakukan akan membuatnya merasa kehilangan. Pengalaman yang dimilikinya antara lain menjadi Ketua Osis di SMA, Ketua Himpunan Ilmu Komunikasi dan sekarang dia senang menjabat sebagai Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik di Universitas Brawijaya.
SelengkapnyaBagi Fajar Surya Dewantara berorganisasi sudah menjadi kebiasaan yang jika tidak dilakukan akan membuatnya merasa kehilangan. Pengalaman yang dimilikinya antara lain menjadi Ketua Osis di SMA, Ketua Himpunan Ilmu Komunikasi dan sekarang dia senang menjabat sebagai Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik di Universitas Brawijaya.
Berorganisasi, bagi dia, bisa mengembangkan diri untuk bisa berbuat baik kepada orang lain dan melakukan hal-hal positif. "Sebenarnya dengan ikut organisasi bisa mengurangi sifat buruk remaja yaitu tukang galau," ujarnya.
Dari berorganisasi juga dia sempat mendapatkan pengalaman untuk menjadi asisten trainer dan trainer bagi pekerja-pekerja kantoran. "Ya lumayanlah dapat pengalaman baru di dunia pelatihan jadi bisa tahu karakter orang," ungkapnya.
"You can't buy happines, but you can buy bike and that's pretty close". Semboyan dan kecintaanya terhadap sepeda membawa Zulfy Zulqurnain kepada pengalaman yang berharga. Tahun 2012 ia menjadi wakil dari Koskas kota Malang untuk menghadiri jambore nasional di Bandung.
Selengkapnya"You can't buy happines, but you can buy bike and that's pretty close". Semboyan dan kecintaanya terhadap sepeda membawa Zulfy Zulqurnain kepada pengalaman yang berharga. Tahun 2012 ia menjadi wakil dari Koskas kota Malang untuk menghadiri jambore nasional di Bandung.
"Koskas itu komunitas yang awalnya dibentuk lewat forum online Kaskus kepanjangannya Komunitas Sepeda Kaskus, anggotanya tersebar di seluruh Indonesia," ujarnya.
Ia pun punya ide gila bersepeda menuju Lombok, Nusa Tenggara Barat bersama salah seorang temannya untuk mendaki puncak Rinjani. Ide itu terlaksana pertengahan 2014. Kini ia menjadi messenger (kurir) di belimakan.com, "Jadi itu startup lokal yang dibikin teman saya, dan saya diminta untuk membantu sebagai messenger. Ini penyedia jasa kurir sepeda pertama yang ada di kota Malang," katanya.
Pepatah Jawa mengatakan bahwa "Ajining diri saka lathi, ajining raga saka busono". Itulah yang coba diteladani oleh Rachma Sahabilla Astyadani (22). Baginya menjaga penampilan dan public speaking sangatlah penting. "Karena dari cara kita berkomunikasi dan berpenampilan bisa jadi indikator seberapa jauh kita menghargai diri sendiri dan orang lain," terangnya.
SelengkapnyaPepatah Jawa mengatakan bahwa "Ajining diri saka lathi, ajining raga saka busono". Itulah yang coba diteladani oleh Rachma Sahabilla Astyadani (22). Baginya menjaga penampilan dan public speaking sangatlah penting. "Karena dari cara kita berkomunikasi dan berpenampilan bisa jadi indikator seberapa jauh kita menghargai diri sendiri dan orang lain," terangnya.
Sudah banyak prestasi yang diraihnya antara lain mendapat gelar Nimas Kota Batu 2012, Perwakilan Batu di Raka Raki Jawa Timur tahun 2013, hingga Top 5 Puteri Indonesia Jawa Timur 2016. Ia juga mendapat gelar Puteri Indonesia Jawa Timur Persahabatan 2016.
"Aku bersyukur dari ikut kontes kecantikan jadi bisa ikut pemilihan duta yang lainnya, dan bisa bermanfaat juga buat orang lain," ujarnya. Gadis lulusan Psikologi Universitas Brawijaya Malang ini berharap tetap bisa menginspirasi orang-orang lewat prestasi-prestasi yang didapatnya.
Bagi Akmad Nizar, lari bukanlah sekedar olahraga namun juga cara meditasi. Ia menekuni lari sejak duduk di bangku kelas 3 SMA. Sebelumnya mahasiswa Universitas Brawijaya Malang ini lebih dulu menyukai olahraga sepakbola. "Tiap subuh aku nambah porsi latihan fisik lari minimal 5 km. Nah gara-gara itu jadinya keterusan lari," katanya
SelengkapnyaBagi Akmad Nizar, lari bukanlah sekedar olahraga namun juga cara meditasi. Ia menekuni lari sejak duduk di bangku kelas 3 SMA. Sebelumnya mahasiswa Universitas Brawijaya Malang ini lebih dulu menyukai olahraga sepakbola. "Tiap subuh aku nambah porsi latihan fisik lari minimal 5 km. Nah gara-gara itu jadinya keterusan lari," katanya
Sudah banyak prestasi yang diraihnya selama berkecimpung di bidang olahraga lari, diantaranya adalah juara pertama lomba lari antar SMA, juara pertama kategori 5 km Olimpiade Brawijaya, juara kedua lomba lari antar kampus (POMDA) dan juara pertama finisher Jatim Ultra 100k 2016.
Menurutnya lari jangan hanya dijadikan sebagai gaya hidup atau hobi, namun lebih dari itu lari harus dijadikan sebagai sebuah "culture". Selain menekuni olahraga lari pemuda berusia 23 tahun ini juga menekuni dunia breakdance dan dia merupakan founder dari salah satu komunitas breakdance yang ada di kota Jember.
Dua mahasiswa kedokteran di salah satu universitas negeri di kota Malang ini sungguh kreatif. Dyah Agustini(23) dan Amri Aly (25) membuka usaha dengan nama agak unik, yakni toko dari masalalu. "Ini seperti toko tapi apa yang kita lakukan lebih dari sekedar sebuah toko. Kita menjajakan dagangan kamera film dan rol-rol film, kemudian menyediakan jasa untuk cuci atau develop rol film secara kolektif," ujar Kyaa.
SelengkapnyaDua mahasiswa kedokteran di salah satu universitas negeri di kota Malang ini sungguh kreatif. Dyah Agustini(23) dan Amri Aly (25) membuka usaha dengan nama agak unik, yakni toko dari masalalu. "Ini seperti toko tapi apa yang kita lakukan lebih dari sekedar sebuah toko. Kita menjajakan dagangan kamera film dan rol-rol film, kemudian menyediakan jasa untuk cuci atau develop rol film secara kolektif," ujar Kyaa.
Karena rata-rata customer awal adalah teman-teman mereka sendiri dan punya hobi yang sama yaitu bermain kamera analog, jadilah toko itu berkegiatan bersama. "Seperti hunting bareng, ngadain workshop foto, atau sekedar gathering-gathering kecil untuk baca buku tentang fotografi," imbuhnya.
Dari usahanya ini mereka mendapatkan banyak sekali pengalaman. Pernah ada orang Vietnam yang beli rol film untuk kameranya, karena dia sudah tidak tahu mau beli dimana rol film untuk kamera analog. "Ya kita senang sih bisa bantuin orang," tuturnya.
Keinginannya untuk mandiri, membuat Velika Cecillia harus memutar otak untuk dapat menghasilkan uang sendiri. Mahasiswi semester akhir Universitas Brawijaya Malang ini bersama dengan ketiga temannya memutuskan untuk membuka usaha yang diberinya nama Gerobak Taichan.
SelengkapnyaKeinginannya untuk mandiri, membuat Velika Cecillia harus memutar otak untuk dapat menghasilkan uang sendiri. Mahasiswi semester akhir Universitas Brawijaya Malang ini bersama dengan ketiga temannya memutuskan untuk membuka usaha yang diberinya nama Gerobak Taichan.
"Awalnya karena saya emang suka sate taichan, lalu iseng sama temen bikin sendiri sate itu. Eh banyak yang respon," ujarnya. Sebelumnya sate taichan adalah sate ayam yang sudah terkenal di Jakarta yang kemudian diadaptasi olehnya bersama beberapa teman untuk dijual di kota Malang.
Usaha ini memanfaatkan media sosial untuk promosi. "Kita pake instagram @taichanmalang dan ada juga line officialnya," terangnya.
Adithya Yustanto (25) awalnya merintis usaha kafe namun gagal dan malah terlilit utang. Untuk bisa membayar utang, lulusan Universitas Negeri Malang ini bekerja di sebuah perusahaan animasi. Ternyata dari sinilah awal kisah kesuksesannya dimulai. Salah satu karya animasinya berjudul Joni Boni Puff dan Pohon Mahkota dikenal banyak orang.
SelengkapnyaAdithya Yustanto (25) awalnya merintis usaha kafe namun gagal dan malah terlilit utang. Untuk bisa membayar utang, lulusan Universitas Negeri Malang ini bekerja di sebuah perusahaan animasi. Ternyata dari sinilah awal kisah kesuksesannya dimulai. Salah satu karya animasinya berjudul Joni Boni Puff dan Pohon Mahkota dikenal banyak orang.
"Film animalsi itu saya ikutsertakan ke festival film animasi yang diadakan Institut Teknologi Bandung(ITB) dan menang. Kami mendapatkan hadiah 5.000 dollar AS, selain itu saya dan team juga berkesemptan untuk mengikuti program belajar membuat film animasi di Walt Disney Singapura selama dua pekan," ungkapnya.
Sekarang pria asli Malang ini bersama kedua temannya mendirikan sebuah studio animasi yang diberi nama Mocca Animation Studio. Mereka sudah memiliki kontrak dengan perusahaan luar negeri dan beromzet besar. Mocca sudah mengerjakan delapan film animasi diantaranya Alien CG dan Cak Rowi. Sebagian karya Mocca telah ditayangkan dalam bentuk film pendek di Monsta Channel (Malaysia) dan CG Bross Channel (Amerika Serikat).
Rudik Setiawan (31) sukses dengan bisnis tahu. Pria asal Desa Klampok, Singosari, Malang ini membuat usaha tahu organik. Kisahnya berawal saat dia duduk di bangku kelas 3 SMA dan mencoba menginvestasikan uangnya ke sebuah pabrik tahu di daerahnya. Sayang, pabrik tahu tersebut bangkrut dan pemilik pabrik kabur.
SelengkapnyaRudik Setiawan (31) sukses dengan bisnis tahu. Pria asal Desa Klampok, Singosari, Malang ini membuat usaha tahu organik. Kisahnya berawal saat dia duduk di bangku kelas 3 SMA dan mencoba menginvestasikan uangnya ke sebuah pabrik tahu di daerahnya. Sayang, pabrik tahu tersebut bangkrut dan pemilik pabrik kabur.
Dengan modal Rp 15 juta pada tahun 2014, Rudik berusaha bangkit dan mengajak anak-anak muda di daerahnya yang menganggur untuk bisa memproduksi tahu organik. "Tahu organik yang saya produksi berbahan kedelai organik, tidak ada rasa masam atau sangit dan tentunya lebih sehat," terangnya.
Kini bapak tiga anak ini juga giat kampanye gerakan hidup sehat, terutama yang berkaitan dengan produk makanan tanpa bahan pengawet.
Tiap bulannya, kini dia dapat meraup omzet Rp 150 juta.
Menjadi wirausahawan lebih dipilih Dwi Tientus Galuh Chandra Probowati Sudarto daripada harus menjadi seorang pekerja kantoran. Dengan berwirausaha ia bisa mengontrol dan membagi waktu dengan kegiatan di luar kerja.
SelengkapnyaMenjadi wirausahawan lebih dipilih Dwi Tientus Galuh Chandra Probowati Sudarto daripada harus menjadi seorang pekerja kantoran. Dengan berwirausaha ia bisa mengontrol dan membagi waktu dengan kegiatan di luar kerja.
Sebuah perusahaan yang dibuatnya bersama seorang sahabat menggarap berbagai bidang diantaranya wedding organizer dan wedding decoration. Tak hanya itu ia selama 4 tahun menjalankan bisnis penjualan ikan laut dan menjual tumbuhan kaktus. "Ide awalnya bikin usaha ini pas temen produksi pot kayu terus kepikiran kalau dikasih kaktus bagus nih," katanya.
Bisnis jual beli kaktus ini diberinya nama Lines Project, selain menjual kaktus-kaktusnya lewat instagram dia juga mempromosikan dagangannya dengan membuka booth di acara-acara yang diadakan di kota Malang.
Memanfaatkan garasi rumahnya sebagai ruang belajar dilakukan Siti Nurhayati (45) untuk 36 siswa PAUD (Pendidikan Anak USIA Dini) dan Taman Kanak-Kanak. Ia bersama empat orang guru lainnya setiap hari mendidik anak-anak kelurahan Lesanpuro, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang.
SelengkapnyaMemanfaatkan garasi rumahnya sebagai ruang belajar dilakukan Siti Nurhayati (45) untuk 36 siswa PAUD (Pendidikan Anak USIA Dini) dan Taman Kanak-Kanak. Ia bersama empat orang guru lainnya setiap hari mendidik anak-anak kelurahan Lesanpuro, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang.
Siti mendidik bukan lantaran gaji. Karena sebagai guru PAUD ia rela tidak dibayar ketika orangtua murid sedang kesulitan uang. "Di sini anak-anaknya berasal dari keluarga pemulung, ada juga anak terlantar, anak yatim piatu. Karena tidak ada yang memperhatikan pendidikan mereka saya tergerak untuk memberikan pendidikan semampu saya," terangnya.
Di PAUD tersebut, wali murid hanya membayar SPP sebanyak Rp25.000 sebulan dan bisa diangsur setiap harinya Rp1.000. Itu pun sifatnya tidak memaksa. Siti bersama rekan-rekan guru lain terus berjuang demi dapat memberikan pendidikan yang baik bagi warga miskin di daerahnya.
Keputusannya berhenti kuliah di jurusan teknik mesin di salah satu Universitas Negeri di Malang mengantarkan Indra Setiawan (24) ke dunia yang digemarinya yaitu melukis. Kini ia membuktikan diri dari melukis bisa menghidupi dirinya sendiri.
SelengkapnyaKeputusannya berhenti kuliah di jurusan teknik mesin di salah satu Universitas Negeri di Malang mengantarkan Indra Setiawan (24) ke dunia yang digemarinya yaitu melukis. Kini ia membuktikan diri dari melukis bisa menghidupi dirinya sendiri.
"Dulu awal saya memutuskan ingin seratus persen terjun ke dunia melukis orangtua saya sangat menentang kenginan saya. Tapi saat mereka tahu saya bisa survive dan bisa ikut pameran-pameran lukisan sampai luar negeri mereka bangga sama saya," terangnya.
Pameran tunggal pertamanya dilakukan pada pertengahan Agustus tahun lalu di Semeru Art Gallery jalan Semeru kota Malang. Selain itu ia juga sering diajak melakukan pameran di beberapa kota di Indonesia bahkan sampai luar negeri. "Karya saya juga terpilih buat ikut serta pamaran tour dari Italia yang diadakan oleh Imago Mundi," imbuhnya
Untuk menunjangnya dalam berkarya sejak tahun 2011 pemuda asal Mojokerto ini juga membuat sebuah brand merek dagang bluppy.. Di sana dia menjual sketch book, pouch, keramik, postcard,kalung, dan gantungan kunci.
Batik tulis celaket menjadi batik tulis khas Malang. Salah satu produsennya adalah Hanan Jalil. Dia terkenal dengan karyanya batik motif ulat bulu dan batik bermotif pemain sepakbola Irfan Bachdim. Ia pun dikenal sebagai guru membatik.
SelengkapnyaBatik tulis celaket menjadi batik tulis khas Malang. Salah satu produsennya adalah Hanan Jalil. Dia terkenal dengan karyanya batik motif ulat bulu dan batik bermotif pemain sepakbola Irfan Bachdim. Ia pun dikenal sebagai guru membatik.
Sehari-hari menjadi guru membatik di komunitas para penyandang cacat binaan almarhumah Ratna Indraswari Ibrahim sastrawan kenamaan kota Malang. Tak kurang 500 penyandang cacat se Malang Raya belajar membatik kepadanya. "Karena jumlahnya banyak saya membaginya dalam 25 kelompok dan terjadwal setiap harinya," ungkapnya.
Butuh kejelian untuk melihat peluang usaha. Itulah yang dilakukan Muhammad Andri Abdi, mahasiswa jurusan Desain Komunikasi Visual Universitas Negeri Malang. Berbekal kecintaannya pada desain ilustrasi, dia mencoba membuat stiker dengan ilustrasi orang dan ikan yang diberi nama "me&myfish". Ilustrasi itu masuk di aplikasi instan messaging LINE.
SelengkapnyaButuh kejelian untuk melihat peluang usaha. Itulah yang dilakukan Muhammad Andri Abdi, mahasiswa jurusan Desain Komunikasi Visual Universitas Negeri Malang. Berbekal kecintaannya pada desain ilustrasi, dia mencoba membuat stiker dengan ilustrasi orang dan ikan yang diberi nama "me&myfish". Ilustrasi itu masuk di aplikasi instan messaging LINE.
"Mumpung LINE ada program LINE creator dimana kita bisa upload stiker kreasi kita sendiri. Terbukti banyak yang mengunduh stiker me&my fish," ujarnya.
Dia juga serius membuka jasa desain ilustrasi, seperti ilustrasi poster, cover buku, cover album musik dan lainnya. Dari hasil usahanya itulah ia membiayai kuliahnya. "Saya pernah bikin kolaborasi zine atau semacam kolaborasi artwork dengan banyak orang," imbuhnya.
Bersahaja dan hidup sederhana. Begitulah sosok Ono Sumarsono, seniman kelahiran kota Malang yang tenar di kalangan seniman-seniman luar negeri. Ini berkat karya patung-patungnya berbahan besi. Sudah banyak karyanya yang tersebar di berbagai negara. Sudah 25 karya patungnya sudah menyebar di Asia, Afrika, Australia maupun Eropa.
SelengkapnyaBersahaja dan hidup sederhana. Begitulah sosok Ono Sumarsono, seniman kelahiran kota Malang yang tenar di kalangan seniman-seniman luar negeri. Ini berkat karya patung-patungnya berbahan besi. Sudah banyak karyanya yang tersebar di berbagai negara. Sudah 25 karya patungnya sudah menyebar di Asia, Afrika, Australia maupun Eropa.
Ia dijuluki Man of Steel karena kemahirannya membuat patung berbahan besi, logam maupun Baja. Semua bahan Baku dari karya seninya itu didapatnya dari pasar loak. "Awalnya saya bisa dikenal orang karena ada salah satu pemilik rumah makan di kota Batu yang meminta saya membuat patung kura-kura, beratnya sekitar 10 ton. Dari situ saya mulai menerima orderan patung," terangnya.
Bermain harmonika di tengah teriknya siang di bulan puasa tidak membuat Suherman putus asa. Selama 23 tahun menjalani profesi sebagai pemain harmonika keliling. "Dulu saya ngamennya di Surabaya, tiap hari pulang pergi Malang Surabaya ya demi nyukupi kebutuhan keluarga," terangnya.
SelengkapnyaBermain harmonika di tengah teriknya siang di bulan puasa tidak membuat Suherman putus asa. Selama 23 tahun menjalani profesi sebagai pemain harmonika keliling. "Dulu saya ngamennya di Surabaya, tiap hari pulang pergi Malang Surabaya ya demi nyukupi kebutuhan keluarga," terangnya.
Di usia tak lagi muda, Suherman enggan berdiam diri. Selain ngamen harmonika, sehari-hari dia juga berprofesi sebagai tukang pijat. "Walaupun saya ini buta tapi saya tidak mau nyusahin orang lain, saya tidak mau putus asa. Sewaktu saya kecil dulu ibu saya selalu ngajarin saya buat terus berusaha demi bisa makan," ungkap pria kelahiran Semarang ini.
Joko(42) dan Hasan(36) sudah lama menjadi penyedia jasa tukar uang pecahan menjelang lebaran. Tepatnya sudah tujuh tahun silam. "Dulu saya "jualan" pas awal keluar pecahan dua ribu yang baru, terus kan banyak yang tuker-tuker uang gitu. Lha saya jadikan ini sebagai lahan bisnis," ungkapnya.
SelengkapnyaJoko(42) dan Hasan(36) sudah lama menjadi penyedia jasa tukar uang pecahan menjelang lebaran. Tepatnya sudah tujuh tahun silam. "Dulu saya "jualan" pas awal keluar pecahan dua ribu yang baru, terus kan banyak yang tuker-tuker uang gitu. Lha saya jadikan ini sebagai lahan bisnis," ungkapnya.
Uang pecahan yang dijual didapat dari orang-orang dari luar kota Malang. Modalnya pinjam dari koperasi Rp 100 juta. Sekarang baru mulai dan belum dapat hasil. Namun ia sudah siap dengan risiko tidak laku. Namun, kerugian kadang malah akibat hilang diambil orang. "Tapi ya mau gimana lagi, makanya itu saya di sini tidak jualan sendiri. Ini berderet tetangga satu kampung saya jadi kalau ada apa-apa ada teman yang membantu," terangnya.
Modal usaha Wiliam Akki(26) tidak banyak. Ia pun menjual anjing di pinggir jalan yang letaknya di depan Taman Makan Pahlawan Kota Malang. Anjing-anjing itu di kandang besi yang dibawanya menggunakan motor. Pemuda asal Jawa Tengah ini mengaku sengaja mengadu nasib ke kota Malang sejak tahun 2008.
SelengkapnyaModal usaha Wiliam Akki(26) tidak banyak. Ia pun menjual anjing di pinggir jalan yang letaknya di depan Taman Makan Pahlawan Kota Malang. Anjing-anjing itu di kandang besi yang dibawanya menggunakan motor. Pemuda asal Jawa Tengah ini mengaku sengaja mengadu nasib ke kota Malang sejak tahun 2008.
"Awalnya saya kerja di salah satu departemen store. Terus resign akhirnya saya jualan anjing," ujarnya. Dia mengaku sejak tahun 2013 sudah menjalani profesinya sebagai penjual. Baginya selain bisa menyalurkan hobinya sebagai pecinta anjing, dari jualan ini dia juga bisa bertemu dengan pecinta-pecinta anjing lainnya dan bisa menambah teman.
Dina Nisrina, mahasiswa jurusan sastra Indonesia angkatan 2013 Universitas Negeri Malang (UM) ini punya banyak prestasi. “One year one achievement” adalah prinsip yang dimiliki gadis cantik ini. Ia mengaku senang untuk selalu aktif di setiap hari-harinya. “Saya lebih baik di kampus lama daripada saya di rumah nggak produktif,” ucapnya.
SelengkapnyaDina Nisrina, mahasiswa jurusan sastra Indonesia angkatan 2013 Universitas Negeri Malang (UM) ini punya banyak prestasi. “One year one achievement” adalah prinsip yang dimiliki gadis cantik ini. Ia mengaku senang untuk selalu aktif di setiap hari-harinya. “Saya lebih baik di kampus lama daripada saya di rumah nggak produktif,” ucapnya.
Tak heran jika banyak prestasi yang diraihnya. Seperti tahun 2013 ia meraih gold medal dalam lomba group paduan suara se-Jawa Bali, lalu tahun 2014 meraih juara 1 Duta Kampus Putri, kemudian di 2015 menjadi juara 2 Duta Bahasa se-Jawa Timur. Dan di 2016 ini terpilih menjadi salah satu Duta Kampus di Thailand.
Dengan prestasi banyak itu, Dina juga masih menyempatkan diri mengelola usaha kecil-kecilan di sela-sela perkuliahannya. Kesenangannya dalam berkarya crafting disalurkannya ke dalam usaha yang baru dia rintis bulan Oktober 2015 lalu. “Cari uangnya dengan tulus ikhlas aja karena rejeki itu banyak, gak terbatas pada uang,” katanya.
Unik, menjadi kata yang kayak disematkan untuk usaha milik Hamdan You Avy. Pengusaha muda berusia 25 tahun ini membuat camilan dengan cita rasa berbeda. Selain itu, kemasan dari camilannya pun beda dari yang lain, yaitu menyerupai baju.
SelengkapnyaUnik, menjadi kata yang kayak disematkan untuk usaha milik Hamdan You Avy. Pengusaha muda berusia 25 tahun ini membuat camilan dengan cita rasa berbeda. Selain itu, kemasan dari camilannya pun beda dari yang lain, yaitu menyerupai baju.
Pria asal Dusun Banaran, Desa Bumiaji Kabupaten Malang ini sengaja membuat bungkus camilannya dengan desain seperti menggantung baju. Bungkus makanan berbentuk segi empat itu pada bagian tengahnya terdapat garis dengan tatanan kancing dengan tulisan di bajunya "Kami Beda, From Kampoeng To The World".
Ide membuat kemasan seperti ini didapatnya setelah bertemu temannya. "Waktu itu saya sedang ada di masjid di Malang. Pas di situ saya dapat masukan dari teman untuk mendesain ulang kemasan camilan ini," ujarnya.
Menurut pemuda yang juga berprofesi sebagai seorang direktur di CV Nikilo ini, dari pertemuan singkat dengan temannya itulah dia bisa sesukses sekarang. Camilan keripik pisangnya kini dipromosikan pemprov Jatim keluar negeri.
Arma Rohmatul Ayu (21) melihat peluang usaha jualan hijab. Bisnis itu yang membawanya ke kesuksesan. Ia mulai menggeluti online shop hijab pada Mei 2015. Mahasiswi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang ini menamai online shopnya Ara Scraff. "Awalnya saya menjual produk ini lewat instagram, dengan bantuan model yang saya ambil dari artis-artis instagram Alhamdulillah bisa mendongrak jualan saya," ujarnya.
SelengkapnyaArma Rohmatul Ayu (21) melihat peluang usaha jualan hijab. Bisnis itu yang membawanya ke kesuksesan. Ia mulai menggeluti online shop hijab pada Mei 2015. Mahasiswi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang ini menamai online shopnya Ara Scraff. "Awalnya saya menjual produk ini lewat instagram, dengan bantuan model yang saya ambil dari artis-artis instagram Alhamdulillah bisa mendongrak jualan saya," ujarnya.
Tak tanggung-tanggung dia bisa menjual 1.500 hijab dalam sebulan, pemasarannya sudah menyebar di seluruh Indonesia. Berkat usahanya ini, dia dapat membiayai kuliahnya sendiri dan bisa membiayai kehidupan sehari-harinya. Dia berkeinginan untuk terus mengembangkan usaha yang sudah dirintisnya selama satu tahun ini agar bisa lebih maju.
Menyandang gelar juara satu Putra Dirgantara (Duta Anti Narkoba) membuat Thesar Hazel Tanaya tertantang untuk bisa mensosialisasikan bahaya penggunaan narkotika. Ia pun aktif kampanye anti narkoba di kalangan anak muda khususnya yang ada di kota Malang.
SelengkapnyaMenyandang gelar juara satu Putra Dirgantara (Duta Anti Narkoba) membuat Thesar Hazel Tanaya tertantang untuk bisa mensosialisasikan bahaya penggunaan narkotika. Ia pun aktif kampanye anti narkoba di kalangan anak muda khususnya yang ada di kota Malang.
Menurut Thesar yang baru saja menamatkan pendidikannya di SMA Laboratorium Universitas Negeri Malang ini, anak muda akan lebih efektif jika diajak langsung melihat kondisi di tempat rehabilitasi narkoba. "Dengan begitu mereka bisa melihat langsung dan akhirnya akan sadar bahaya narkoba Itu sendiri," paparnya.
Selain menyandang gelar sebagai Duta Anti Narkoba, Thesar juga aktif di dunia modelling. Karena baginya selagi muda harus terus berkreasi dan aktif untuk bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat.
Bu Mardiyah (42) adalah sosok perempuan kreatif. Di usianya yang sudah tidak muda lagi, Ibu dua anak ini setiap harinya harus membagi waktunya sebagai Ibu rumah tangga dan menjadi buruh cetak rengginang. Usaha produksi rengginang milik tetangganya sendiri. Sudah 3 tahun ia bekerja sebagai buruh cetak rengginang beserta tiga ibu-ibu yang lain. Upah dari kerjanya selama ini digunakan untuk membantu biaya sekolah anaknya.
SelengkapnyaBu Mardiyah (42) adalah sosok perempuan kreatif. Di usianya yang sudah tidak muda lagi, Ibu dua anak ini setiap harinya harus membagi waktunya sebagai Ibu rumah tangga dan menjadi buruh cetak rengginang. Usaha produksi rengginang milik tetangganya sendiri. Sudah 3 tahun ia bekerja sebagai buruh cetak rengginang beserta tiga ibu-ibu yang lain. Upah dari kerjanya selama ini digunakan untuk membantu biaya sekolah anaknya.
Warga Jalan Ir. Soekarno Jatiguwi Sumberpucung menuturkan menjadi buruh cetak rengginang ada suka dan dukanya. Sukanya ia banyak bertemu teman dan bisa menghilangkan rasa bosan berada di rumah terus menerus. Dukanya kalau habis masak tangan terasa panas bisa melepuh. "Kalau capek sih sudah biasa,” begitu ungkapnya.
Dengan dukungan penuh dari suami dan anak-anaknya, ia berharap agar bisa terus bekerja dan bisa membantu mengurangi beban suaminya yang saat ini juga sedang bekerja di sebuah Pabrik di Jakarta.
Kesukaannya pada burung membuat Heru Cahyono (28) menjadi wakil Indonesia dalam konferensi burung tingkat dunia karena kepiawaiannya sebagai peneliti burung. Penelitiannya terhadap burung-burung dimulainya sejak tahun 2006, saat dia masih aktif kuliah di jurusan biologi Universitas Negeri Malang (UM). Ia juga sempat mendirikan komunitas yang anggotanya juga pecinta burung.
SelengkapnyaKesukaannya pada burung membuat Heru Cahyono (28) menjadi wakil Indonesia dalam konferensi burung tingkat dunia karena kepiawaiannya sebagai peneliti burung. Penelitiannya terhadap burung-burung dimulainya sejak tahun 2006, saat dia masih aktif kuliah di jurusan biologi Universitas Negeri Malang (UM). Ia juga sempat mendirikan komunitas yang anggotanya juga pecinta burung.
"Bird Watcher nama komunitas saya dulu, anggotanya berasal dari mahasiswa pecinta burung baik yang berasal dari UM maupun universitas lain" ujarnya.
Tahun 2014 dia sempat diundang ke India untuk menjadi speaker di acara International Raptor Conference yang ke VIII. Untuk melakukan pengamatan, ia sering ke daerah Malang Selatan untuk mengamati persebaran burung di wilayah tersebut. Salah satunya mengamati burung jenis cucak ijo yaitu burung yang dijadikan ikon Kabupaten Malang.
Tak ada halangan untuk berprestasi dan menunjukan kemampampuan yang kita miliki. Hal inilah yang ada pada diri Marquel Dwi Putranto. Mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya ini membuktikan bahwa sebagai penyandang disabilitas (tunarungu) dia tetap bisa menjalani apa yang dia sukai yaitu dunia modeling.
SelengkapnyaTak ada halangan untuk berprestasi dan menunjukan kemampampuan yang kita miliki. Hal inilah yang ada pada diri Marquel Dwi Putranto. Mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya ini membuktikan bahwa sebagai penyandang disabilitas (tunarungu) dia tetap bisa menjalani apa yang dia sukai yaitu dunia modeling.
Di dunia modeling ini dia banyak menorehkan prestasi antara lain juara 1 Top Model Black and White, Juara 2 Photogenic Malang 2014 dan juara 1 Photogenic 2015. Tak hanya itu dia juga sempat menjadi finalis top mode 2015.
Marquel menekuni dunia modeling sejak duduk d bangku SMP dengan bergabung di salah satu agency modeling. "Bagi saya tidak ada kata berhenti untuk meraih mimpi, saya dan yang lainnya sama secara fisik. Suatu saat saya ingin mebuat sebuah aplikasi yang dapat memudahkan teman-teman yang seperti saya," ujarnya.
Dia mengaku dalam perkukiahannya pun tidak terganggu karena fasilitas dari kampusnya cukup menunjang penyandang disabilitas sepertinya.
Jusuf Bachtiar Dimas Narendra (25) adalah satu dari generasi muda kreatif Malang. Dia memiliki segudang prestasi di bidang desain kostum di berbagai karnaval di beberapa daerah di Indonesia. Pria yang berdomisili di Kedungkandang. Kota Malang ini pernah menjuarai beberapa perlombaan, diantaranya adalah juara 1 Batu Flower Carnival 2012, Juara 1 Malang Flower Carnival 2013 dan The Best Performance Defille Reog Junior Member Fashion Carnival pada tahun 2015.
SelengkapnyaJusuf Bachtiar Dimas Narendra (25) adalah satu dari generasi muda kreatif Malang. Dia memiliki segudang prestasi di bidang desain kostum di berbagai karnaval di beberapa daerah di Indonesia. Pria yang berdomisili di Kedungkandang. Kota Malang ini pernah menjuarai beberapa perlombaan, diantaranya adalah juara 1 Batu Flower Carnival 2012, Juara 1 Malang Flower Carnival 2013 dan The Best Performance Defille Reog Junior Member Fashion Carnival pada tahun 2015.
Dia mengaku aktif di dunia desain kostum karnaval sudah sejak tahun 2010. "Inspirasi desain saya berdasarkan kekayaan flora dan fauna yang ada di Indonesia dan saya mempelajari ini semua secara otodidak," ujarnya. Satu desain kostum bisa menghabiskan biaya kurang lebih Rp 500.000 hingga Rp 5juta tergantung dengan ukuran dan motifnya. Dia berharap untuk bisa menjadi desainer kostum karnaval bertaraf international.
Henny Astuti (53) adalah seraong apoteker yang kaya pengalaman. Bagaimana tidak, ia sudah menjadi apoteker selama 33 tahun di Kimia Farma. Sejak kecil ia senang melihat bagaimana apoteker bekerja. Kemudian ia mengambil Sekolah Menengah Farmasi. “Ya walaupun gak mudah belajar tentang farmasi tapi sudah saya niati jadi ya lancar-lancar saja. Alhamdulillah,” katanya.
SelengkapnyaHenny Astuti (53) adalah seraong apoteker yang kaya pengalaman. Bagaimana tidak, ia sudah menjadi apoteker selama 33 tahun di Kimia Farma. Sejak kecil ia senang melihat bagaimana apoteker bekerja. Kemudian ia mengambil Sekolah Menengah Farmasi. “Ya walaupun gak mudah belajar tentang farmasi tapi sudah saya niati jadi ya lancar-lancar saja. Alhamdulillah,” katanya.
Pamor Kimia Farma sebagai perusahaan retail farmasi terbesar milik BUMN menjadi daya tarik tersendiri kenapa dia memilih untuk bekerja disana. Berawal dari tahun 1983 sampai 2010, ia bekerja sebagai pelayan farmasi. Selanjutnya jabatannya naik menjadi Penanggung Jawab gudang BM (Bisnis Manager) Kimia Farma Malang sampai sekarang.
Dulu, sebagai pelayan farmasi adalah menerima resep, meracik obat, dan juga menyerahkan obat. Jadi, ia berhubungan langsung dengan pelanggan. Kini sebagai pnanggung jawab gudang BM Kimia Farma Malang, tugasnya adalah menerima obat dari supplier, menyimpan barang untuk kemudian di distribusikan kepada outlet-outlet apotek di wilayah Bisnis Manager Malang.
BM Malang sendiri ini mengepalai 18 outlet yang tersebar di Malang, Kediri, Blitar, Tulungagung. Wanita yang lahir di Blitar ini merasa senang ketika bisa membantu banyak orang, dan memberi edukasi tentang obat dan kesehatan kepada masyarakat sekitar. Meski profesinya membuatnya sering masuk kerja walaupun hari libur atau hari raya karena mendapat giliran jaga. “Jadi waktu buat keluarga kadang harus tersita karena tuntutan tugas juga”, imbuhnya.
Rasa frustasi karena usaha kulinernya sangat sepi bertahun-tahun sempat dirasakan oleh Mike Ragnar, pemilik Kedai 27 atau yang lebih terkenal dengan sebutan Kedai Burger Buto yang terletak di jalan Sarangan no 27 kota Malang. Siapa sangka burger buto yang sekarang menjadi menu andalan yang disukai banyak pengunjung kedai ini dulunya adalah menu frustasi. "Dulu karena kepepet tidak tau lagi mau jualan apa akhirnya jualan burger dengan ukuran raksasa siapa tau ada yang mau," ujarnya.
SelengkapnyaRasa frustasi karena usaha kulinernya sangat sepi bertahun-tahun sempat dirasakan oleh Mike Ragnar, pemilik Kedai 27 atau yang lebih terkenal dengan sebutan Kedai Burger Buto yang terletak di jalan Sarangan no 27 kota Malang. Siapa sangka burger buto yang sekarang menjadi menu andalan yang disukai banyak pengunjung kedai ini dulunya adalah menu frustasi. "Dulu karena kepepet tidak tau lagi mau jualan apa akhirnya jualan burger dengan ukuran raksasa siapa tau ada yang mau," ujarnya.
Sebelum memiliki kedai dia mengaku sempat berjualan keliling agar mendapatkan pemasukan tambahan. Menurut dia saat ini sulit sekali mendatangkan pelanggan ke kedainya sehingga ia mau tak mau harus berjualan keliling untuk menutupi biaya operasional. Berjualan keliling bukanlah hal yang harus disesali karena baginya fokus pada tujuan dan pantang menyerah dalam mengahadapi kondisi apapun adalah kunci dari kesuksesan Kedai 27 miliknya. Kini kedainya bisa dikatakan sebagai salah satu destinasi wisata kuliner jika berada di kota Malang.
Mengikuti pemilihan duta hijab di salah satu media cetak di Malang menginspirasi Magda Rista Mahrani untuk semakin mengembangkan bakatnya dalam berbisnis. Finalis Duta Hijab 2015 ini kini menggeluti bisnis make up dan fashion. Cerita awal dia bisa terjun ke bisnis make up dan fashion adalah saat dia lolos seleksi hingga menjadi finalis duta hijab. Dari sana, gadis manis ini mulai akrab dengan make up dan fashion. "Lalu muncul ide bisnis dan ya lumayanlah buat menyalurkan hobi juga," ujarnya.
SelengkapnyaMengikuti pemilihan duta hijab di salah satu media cetak di Malang menginspirasi Magda Rista Mahrani untuk semakin mengembangkan bakatnya dalam berbisnis. Finalis Duta Hijab 2015 ini kini menggeluti bisnis make up dan fashion. Cerita awal dia bisa terjun ke bisnis make up dan fashion adalah saat dia lolos seleksi hingga menjadi finalis duta hijab. Dari sana, gadis manis ini mulai akrab dengan make up dan fashion. "Lalu muncul ide bisnis dan ya lumayanlah buat menyalurkan hobi juga," ujarnya.
Sebelum memulai bisnisnya dia mengaku takut gagal dan mengecewakan pelanggan, namun karena dorongan dari orang-orang sekitar dan tekadnya yang kuat akhirnya dia berani mencoba. "Yang jadi korban make up saya pertama kali itu adik saya, waktu dia akan diwisuda di sekolahnya saya yang make up in da alhamdulillah respons dari tetangga positif saya jadi semangat," ungkapnya.
Agus Setyawan (24) atau biasa dipanggil dengan nama Suga dikenal sebagai animator muda berbakat. Ia lama berkiprah di dunia animasi, yakni sejak bersekolah di SMKN 4 Malang. Banyak prestasi telah ia torehkan sejak itu di bidang animasi seperti menjuarai lomba yang diadakan KPK, Telkom dan lain sebagainya.
SelengkapnyaAgus Setyawan (24) atau biasa dipanggil dengan nama Suga dikenal sebagai animator muda berbakat. Ia lama berkiprah di dunia animasi, yakni sejak bersekolah di SMKN 4 Malang. Banyak prestasi telah ia torehkan sejak itu di bidang animasi seperti menjuarai lomba yang diadakan KPK, Telkom dan lain sebagainya.
Setelah sempat mengalami kegagalan dengan studio lamanya, Suga kembali bangkit dengan studio animasi baru bernama Roleplay Studio di Jalan Grindulu, Bunul. Studio ini ia dirikan sejak bulan Ferbruari lalu bersama keempat rekannya. Meskipun masih memiliki banyak kesulitan dalam mengelola studio karena beberapa masalah seperti keterbatasan alat, waktu dan kesibukan masing-masing anggota, Roleplay Studio telah mendapatkan project yang beragam.
Selain membuat project studio sendiri seperti animasi “Experiment” dan “In The Kost”, mereka juga menerima project dari komunitas lain, beberapa kafe, bahkan TNI AD. Lewat studio animasi ini juga, Suga bisa pergi ke berbagai tempat di luar kota bahkan luar negeri. Tak berhenti, ia mendirikan komunitas bernama MCF (Malang Creative Fusion) pada 2015 lalu yang baru saat ini mulai booming. Komunitas ini merupakan komunitas yang menghubungkan 16 sektor industri ekonomi kreatif di seluruh Malang dengan prinsip 3C: Connecting, Collaborate, and Communicate.
Banyak cara memang untuk bisa mandiri Seperti yang dilakukan Anita Indriasari, mahasiswi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Malang. Ia menggunakan kamera dan printer dan membuka jasa foto bagi wisatawan. Dia membidik wisatawan yang berkunjung ke Pemandian Tirta Nirwana Songgoriti, Kota Batu.
SelengkapnyaBanyak cara memang untuk bisa mandiri Seperti yang dilakukan Anita Indriasari, mahasiswi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Malang. Ia menggunakan kamera dan printer dan membuka jasa foto bagi wisatawan. Dia membidik wisatawan yang berkunjung ke Pemandian Tirta Nirwana Songgoriti, Kota Batu.
Selain menjadi fotografer dia juga seorang guru privat untuk bimbingan belajar di rumahnya. "Jadi saya juga buka les privat di rumah untuk anak-anak SD," katanya. Semua kesibukannya itu semata-mata dijalaninya untuk bisa membiayai kuliahnya dengan uang sendiri. Sejumlah pekerjaannya itu dijalaninya tentu di luar jam kuliah. Baginya sudah tidak ada lagi kalimat meminta uang kepada orangtuanya, bahkan dia berpendapat bahwa dialah yang sudah harus memberi uang hasil kerjanya kepada orangtua.
Isnawati Hidayah adalah finalis Mahasiswa Berprestasi (Mawapres) tingkat nasional pada tahun 2015. Dia merupakan mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang. Tak hanya berprestasi, ia juga jago berbahasa Inggris. Hal ini terbukti dengan beberapa kali dirinya mampu menjuarai lomba debat bahasa Inggris.
SelengkapnyaIsnawati Hidayah adalah finalis Mahasiswa Berprestasi (Mawapres) tingkat nasional pada tahun 2015. Dia merupakan mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang. Tak hanya berprestasi, ia juga jago berbahasa Inggris. Hal ini terbukti dengan beberapa kali dirinya mampu menjuarai lomba debat bahasa Inggris.
"Saya juga suka berkecimpung di organisasi sudah sejak SMP. Menurut saya organisasi merupakan aktivitas wajib yang tidak boleh ditinggalkan karena untuk bekal hidup di masyarakat," ungkapnya.
Karena banyaknya prestasi dan kemampuannya dalam berbagai hal ini gadis asal Salatiga ini kerap diundang sebagai pembicara di berbagai seminar kemahasiswaan di kampus. Bersama teman-temannya pada tahun 2013 dia mendirikan Peer Counseling Corner, organisasi untuk mempromosikan generasi muda di pelosok Malang Raya.
Ayam Goreng Nelongso di Malang sudah dikenal masyarakat luas. Pemiliknya adalah Nanang Suherman (29). Kisah perjuangan Nanang memang sungguh nelongso. Dia bercerita bahwa dia berasal dari keluarga broken home dan dia pernah menjadi pengepul besi tua atau rongsokan untuk membiayai kuliahnya. Selain itu untuk membiayai proses kelahiran anaknya dia harus menjadi seorang pemulung. Dia mengaku berbagai usaha yang dilakukannya selalu berujung pada kegagalan.
SelengkapnyaAyam Goreng Nelongso di Malang sudah dikenal masyarakat luas. Pemiliknya adalah Nanang Suherman (29). Kisah perjuangan Nanang memang sungguh nelongso. Dia bercerita bahwa dia berasal dari keluarga broken home dan dia pernah menjadi pengepul besi tua atau rongsokan untuk membiayai kuliahnya. Selain itu untuk membiayai proses kelahiran anaknya dia harus menjadi seorang pemulung. Dia mengaku berbagai usaha yang dilakukannya selalu berujung pada kegagalan.
"Sampai akhirnya saya menemukan menu makanan yang khas dengan harga murah yakni sayap dan ceker ditambah nasi lalu disiram sambal yang sangat pedas. Dari situ saya memberanikan diri buka Rumah Makan Bebek dan Ayam Nelongso," ujarnya.
Saat ini rumah makannya sudah memiliki 5 outlet yang tersebar di kawasan strategis di Malang dan dia memiliki 120 karyawan. Restorannya ini buka 24 jam dan melayani jasa pesan antar. Dalam sehari kurang lebih 9.000 pelanggan dilayanai oleh rumah makan ini. Omsetnya pun tak tanggung-tanggung yaitu mencapai lebih dari satu setegah miliyar tiap bulannya.
Kecintaan Koeboe Sarawan pada dunia lukis sudah sejak kecil. Sewaktu kecil dia suka iseng menggambar di lantai, tembok ataupun kertas kosong. Darah seninya mungkin ditularkan ibu dan neneknya yang seorang pembatik. Lelaki yang berasal dari kota Batu ini mengaku karena perjalanan panjang dalam dunia melukis dia sempat tidak menyelesaikan pendidikannta di Institut Seni Indonesia.
SelengkapnyaKecintaan Koeboe Sarawan pada dunia lukis sudah sejak kecil. Sewaktu kecil dia suka iseng menggambar di lantai, tembok ataupun kertas kosong. Darah seninya mungkin ditularkan ibu dan neneknya yang seorang pembatik. Lelaki yang berasal dari kota Batu ini mengaku karena perjalanan panjang dalam dunia melukis dia sempat tidak menyelesaikan pendidikannta di Institut Seni Indonesia.
"Dulu waktu mahasiswa saya sudah dapat banyak pesanan lukisan dan waktu belajar saya tersita, jadi kuliahnya mandek," katanya. Beberapa karya lukis yang dihasilkan olehnya didominasi oleh aliran realisme yang cenderung menampilkan suasana mencekam dan sepi. Dia mengaku mendapatkan ide atau gagasan untuk melukis secara mendadak lalu diekspresikn langsung olehnya di kanvas.
Dia mengaku sudah pernah beberapa kali pameran baik di dalam maupun luar negeri, seperti pameran yang dilakukannya di Tibet. Selain itu sejak tahun 2003 Koeboe menjadi salah satu pendesain perangko di PT Pos Indonesia.
Dila Aziziyah (37) adalah sosok perempuan yang hebat. Ia berperan sebagai istri, ibu, pegawai negeri dan juga pengusaha kuliner. Kedai Rumah Makan Madinah yang dikelolanya sukses. Kesuksesan dalam menjalankan bisnis ini tentunya penuh perjuangan. Dia mengaku sebagai seorang ibu harus rela waktu bermain dengan anak-anaknya tersita karena pekerjaan dan usahanya, selain itu tenaganya juga terkuras untuk mengembangkan usaha kedai makannya ini.
SelengkapnyaDila Aziziyah (37) adalah sosok perempuan yang hebat. Ia berperan sebagai istri, ibu, pegawai negeri dan juga pengusaha kuliner. Kedai Rumah Makan Madinah yang dikelolanya sukses. Kesuksesan dalam menjalankan bisnis ini tentunya penuh perjuangan. Dia mengaku sebagai seorang ibu harus rela waktu bermain dengan anak-anaknya tersita karena pekerjaan dan usahanya, selain itu tenaganya juga terkuras untuk mengembangkan usaha kedai makannya ini.
Karena keuletan dan kegigihannya dalam mengembangkan bisnis kulinernya, saat ini rumah makan dan katering perempuan asli Malang ini sudah terkenal namanya. "Sempat waktu syuting film 9 Summers 10 Autumn di Malang pake katering saya, selain itu juga ada acara TV nasional yang pakai jasa katering saya jadi ya alhamdulillah," ujarnya.
Kedai Rumah Makan Madinah yang dikelolanya sudah memiliki sertifikasi halal dan ada label dari Dinas Kesehatan. Hal inilah yang menjadikan banyak orang yang menggunakan jasa kateringnya. Dia memiliki moto "Buatlah sesuatu dengan hasil karya sendiri, jangan meniru. Jangan menyerah, tetap semangat," moto tersebut digunakan sebagai pelecut bagi dirinya agar bekerja secara maksimal dalam usahnya.
Reno Halsamer punya misi untuk mengenalkan budaya Indonesia ke dunia dengan membangun sebuah museum yang diberi nama d'Topeng Kingdom. Awalnya ia hobi mengkoleksi benda-benda seni, tapi ia prihatin dengan budaya Indonesia yang kalah dengan akulturasi budaya asing. "Makannya saya kepikiran untuk bikin museum," ujarnya.
SelengkapnyaReno Halsamer punya misi untuk mengenalkan budaya Indonesia ke dunia dengan membangun sebuah museum yang diberi nama d'Topeng Kingdom. Awalnya ia hobi mengkoleksi benda-benda seni, tapi ia prihatin dengan budaya Indonesia yang kalah dengan akulturasi budaya asing. "Makannya saya kepikiran untuk bikin museum," ujarnya.
Museum yang letaknya di kota Batu dan tak jauh dari kota Malang ini dirasa sangat pas keberadaanya. Selain sebagai tempat belajar budaya, Reno berharap museumnya bisa dijadikan sebagai tempat destinasi wisata. Karena menurutnya anak muda sekarang sudah jarang yang menjadikan museum sebagai tempat destinasi wisata. "Padahal dari museum kita bisa dapat inspirasi untuk membuat sebuah karya," ujarnya.
Satu-satunya museum budaya yang ada di Jawa Timur ini pernah didaulat sebagai tuan rumah dalam acara bergengsi yaitu konferensi dari UNESCO untuk World Nature and Culture Heritage dan terakhir sebagai tuan rumah pertemuan kebudayaan Internasional antar negara. Dia berharap dengan adanya museum yang didirikannya ini mimpinya bisa terwujud yaitu menghidupkan kembali museum sebagau cagar budaya.
Menjadi seorang penyuluh di Badan Narkotika Nasional (BNN) Kabupaten Malang sudah dijalani Citra Purnama Sari sejak dua tahun lalu. Setiap hari rutinitasnya tidak pernah terlepas dari kampanye pencegahan dan pemberantasan narkoba.
SelengkapnyaMenjadi seorang penyuluh di Badan Narkotika Nasional (BNN) Kabupaten Malang sudah dijalani Citra Purnama Sari sejak dua tahun lalu. Setiap hari rutinitasnya tidak pernah terlepas dari kampanye pencegahan dan pemberantasan narkoba.
Ia selalu termotivasi karena ingin membentengi anak-anak usia dini dari bahaya narkoba. Realitas sekarang banyak anak-anak yang mulai mengenal barang haram tersebut. Ia pun aktif memanfaatkan pertemuan ibu-ibu yang ada di sekitarnya untuk kampanye anti narkoba. "Kalau ada pengajian, majelis taklim atau PKK saya datang memberika informasi dan berkomunikasi dengan mereka agar kita sama-sama tahu minimal pengetahuan dasar tentang bahaya narkoba," terangnya.
Dia berharap dengan apa yang dilakukannya dapat mengedukasi orangtua khususnya ibu-ibu tentang bahaya narkoba. "Saya mempunyai mimpi bahwa generasi muda Indonesia dapat terbebas dari narkoba," ucapnya.
Sejak kecil hingga usianya sudah 44 tahun, Slamet sudah berjualan berbagai jenis pisang yang dijajakannya ke pasar-pasar dan pinggiran jalan di Malang. Kini ia berjualan di jalan Pattimura kota Malang dekat dengan stasiun Kota. Ia menjajakan pisang mulai pukul 08.00 sampai sore hari.
SelengkapnyaSejak kecil hingga usianya sudah 44 tahun, Slamet sudah berjualan berbagai jenis pisang yang dijajakannya ke pasar-pasar dan pinggiran jalan di Malang. Kini ia berjualan di jalan Pattimura kota Malang dekat dengan stasiun Kota. Ia menjajakan pisang mulai pukul 08.00 sampai sore hari.
Dari berjualan pisang itulah dia bisa mencukupi kebutuhan diri dan keluarganya, meskipun dia mengaku tidak bisa sepenuhnya menggantungkan hidup dari berjualan pisang. Lantaran pendapatannya kecil, istrinya membantu keuangan keluarga dengan cara menjahit pakaian di rumah.
Keterbatasan bukanlah penghalang untuk mencapai impian. Begitulah Sandy Sri Yuwana meyakininya. Mahasiswa Universitas Brawijaya Malang ini mengenal dan belajar gitar semenjak kelas 6 sekolah dasar. Ketertarikannya dengan gitar dimulai saat ia melihat kakaknya bermain gitar lalu dia meminta kakaknya untuk mengajarinya main gitar. Tak mudah memang baginya ubtuk bisa memainkan gitar dengan jari tangan kiri yang tidak normal. "Awalnya kakak saya juga kebingunan ngajari saya," ungkapnya.
SelengkapnyaKeterbatasan bukanlah penghalang untuk mencapai impian. Begitulah Sandy Sri Yuwana meyakininya. Mahasiswa Universitas Brawijaya Malang ini mengenal dan belajar gitar semenjak kelas 6 sekolah dasar. Ketertarikannya dengan gitar dimulai saat ia melihat kakaknya bermain gitar lalu dia meminta kakaknya untuk mengajarinya main gitar. Tak mudah memang baginya ubtuk bisa memainkan gitar dengan jari tangan kiri yang tidak normal. "Awalnya kakak saya juga kebingunan ngajari saya," ungkapnya.
Karena kemauan kerasnya untuk belajar gitar dia memutuskan dan mencoba bermain gitar dengan gaya kidal. Hingga saat ini laki-laki berusia 20 tahun ini sudah menguasai beberapa teknik permainan gitar. Tak hanya itu ia juga menyabet gelar The Best Guitar dalam sebuah festival band tingkat SMP-SMA se Jawa Timur. Tahun lalu Sandy masuk lima besar finalis yang lolos tampil di Gitaran Sore, Malang.
Berjualan buku bekas di daerah pinggiran kota Malang telah dijalani Hadi (43) 19 tahun lalu. Saat itu lapak buku ada di sekitar stasiun kota sebelum direlokasi ke Toko Buku dan Seni Velodrome jalan Kalimosodo, Sawojajar Malang. "Dulu pedagang kaki lima, lalu dikasih tempat untuk jualan ya senang to. Tapi gak taunya jualan di sini malah sepi. Kita kayak jualan di tengah hutan," ucapnya.
SelengkapnyaBerjualan buku bekas di daerah pinggiran kota Malang telah dijalani Hadi (43) 19 tahun lalu. Saat itu lapak buku ada di sekitar stasiun kota sebelum direlokasi ke Toko Buku dan Seni Velodrome jalan Kalimosodo, Sawojajar Malang. "Dulu pedagang kaki lima, lalu dikasih tempat untuk jualan ya senang to. Tapi gak taunya jualan di sini malah sepi. Kita kayak jualan di tengah hutan," ucapnya.
Selain menjual buku bekas Hadi juga berjualan buku-buku klasik dan komik-komik zaman dulu dengan kisaran harga mulai dari Rp 5.000 hingga ratusan ribu rupiah. Dari hasil berjualan buku tujuh tahun terakhir inilah yang paling berat. Karena tempat jualan terbilang tidak mudah untuk dijangkau. Dulu jualan di depan stasiun orang luar kota Malang turun dari kereta langsung bisa lihat dagangan kami, sekarang bahkan orang asli Malang sendiri mau kesini nyasar," ujarnya.
Dia berharap kepada pemerintah kota Malang agar lebih memperdulikan nasib pedagang buku bekas dan beberapa temen pedagan buku yang ada di Velodrome karena mereka merasa disisihkan dan tempat yang diberikan oleh pemerintah dirasa tidak strategis.
Devyana Safitri, mahasiswi di Universitas Brawijaya Malang ini tak hanya aktif kuliah saja. Beberapa komunitas di luar kampus ia geluti, salah satunya adalah komunitas GPAN chapter Malang yakni Gerakan Perpustakaan Anak Nusantara. “Dulu kan pernah ikut HMJ, dan waktu itu aku masuk dalam subbidang Pengabdian Masyarakat, di mana kami ngajarin anak-anak di daerah terpencil," katanya.
SelengkapnyaDevyana Safitri, mahasiswi di Universitas Brawijaya Malang ini tak hanya aktif kuliah saja. Beberapa komunitas di luar kampus ia geluti, salah satunya adalah komunitas GPAN chapter Malang yakni Gerakan Perpustakaan Anak Nusantara. “Dulu kan pernah ikut HMJ, dan waktu itu aku masuk dalam subbidang Pengabdian Masyarakat, di mana kami ngajarin anak-anak di daerah terpencil," katanya.
Selama aktif GPAN, Devy tidak pernah merasa takut kuliahnya keteteran. Dia menuturkan bahwa time managing sesuai dengan skala prioritas adalah kunci utamanya bisa aktif di banyak kegiatan. Dengan aktif komunitas GPAN, dia mendapatkan banyak pengalaman positif dan skill berkomunikasi dengan banyak orang juga meningkat. Salah satu pengalaman yang dia dapatkan selama aktif mengikuti kegiatan ini adalah dia mampu menyalurkan ilmunya kepada anak-anak dan mengembangkan ide di bidang literasi yang mungkin akan dijadikan judul skripsinya kelak. Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui.
Karena keprihatinannya terhadap penyanyi yang bertalenta namun tidak memiliki cukup pengetahuan tentang teknik vokal, Dyah Narwastu akhirnya membuka tempat sekolah vokal Swara Narwastu School of Music sejak tahun 1997 di kota Malang. Baginya tidak ada hal yang lebih menyenangkan selain mengajarkan bernyanyi dengan sehat dan mudah. "Karena banyak penyanyi yang suka menyakiti pita suaranya pada saat mencoba teknik-teknik menyanyi tertentu," ujarnya.
SelengkapnyaKarena keprihatinannya terhadap penyanyi yang bertalenta namun tidak memiliki cukup pengetahuan tentang teknik vokal, Dyah Narwastu akhirnya membuka tempat sekolah vokal Swara Narwastu School of Music sejak tahun 1997 di kota Malang. Baginya tidak ada hal yang lebih menyenangkan selain mengajarkan bernyanyi dengan sehat dan mudah. "Karena banyak penyanyi yang suka menyakiti pita suaranya pada saat mencoba teknik-teknik menyanyi tertentu," ujarnya.
Dyah suka menyanyi awalnya karena dipaksa orangtuanya saat masih kecil. Seorang guru vokal, orang Italia didatangkan ke rumahnya untuk melatihnya bernyanyi. "Awalnya saya tidak begitu tertarik dengan dunia vokal, saya lebih suka main gitar dulu tapi karena setiap hari disuruh les jadinya ya suka," terangnya.
Dia berharap untuk anak-anak Indonesia yang memang menyukai dunia vokal dan paduan suara adalah jangan menyerah untuk merai impian, "Tidak ada orang hebat yang ada hanyalah orang terlatih, bakat memang perlu namun ketekunanlah yang lebih membuahkan prestasi," terangnya.
Usia senja bukanlah alasan bagi Joko(65) dan Inem (50) pasangan suami istri ini untuk berdiam diri, lalu menggantungkan hidup kepada ketiga anaknya. Mereka tetap berjualan keliling sebagaimana aktivitasnya yang sudah dilakoninya sejak tahun 1995 silam. "Awalnya saya ya jualan bakso roti goreng sampai akhirnya jualan petulosari di sini, tapi ini punya orang saya cuma jual aja," katanya.
SelengkapnyaUsia senja bukanlah alasan bagi Joko(65) dan Inem (50) pasangan suami istri ini untuk berdiam diri, lalu menggantungkan hidup kepada ketiga anaknya. Mereka tetap berjualan keliling sebagaimana aktivitasnya yang sudah dilakoninya sejak tahun 1995 silam. "Awalnya saya ya jualan bakso roti goreng sampai akhirnya jualan petulosari di sini, tapi ini punya orang saya cuma jual aja," katanya.
Setiap hari Joko mendorong gerobak dari rumah kos di Jalan Bareng menuju tempat mangkaal di Jalan Sigura-gura Malang. Meski untung yang didapat dari berjualan petulo tidak banyak, tapi mereka tetap berusaha. "Saya masih harus beli areng sendiri biar selalu panas kuahnya dan juragan tidak mau tahu pokoknya saya harus setor," terangnya.
Setiap tahunnya pasangan suami istri ini akan kembali ke kampung halaman di Blitar untuk sekedar menikmati sedikit waktu tuanya, namun ketika dirasa cukup waktu mereka akan balik ke Malang. Anak-anaknya di Blitar sudah berkeluarga semuanya dan sibuk dengan urusan keluarga masing-masing. Jadilah mereka seperti hidup berdua saja. Kehidupan tua yang mereka jalani sangat melelahkan, namun mereka tetap bersyukur dan selalu senang, karena menurut mereka itulah kuncinya mereka tetap sehat sampai sekarang.
Narto Plengker, begitu ia dikenal. Nama aslinya adalah Sutiknyo. Pria berambut putih yang berasal dari Kebonsari, kota Malang ini sudah lama dikenal sebagai perajin wayang yang digunakan sebagai pemanis ruangan. Ide awal membuat wayang hiasan saat dia berkunjung ke Jogjakarta. Di sana dia melihat wayang yang berbentuk kitiran (kincir angin) dengan bentuk yang kecil-kecil. Dari situlah dia berkeinginan untuk membuatnya sendiri dengan ukuran yang lebih besar dan dipasarkan di Kota Malang.
SelengkapnyaNarto Plengker, begitu ia dikenal. Nama aslinya adalah Sutiknyo. Pria berambut putih yang berasal dari Kebonsari, kota Malang ini sudah lama dikenal sebagai perajin wayang yang digunakan sebagai pemanis ruangan. Ide awal membuat wayang hiasan saat dia berkunjung ke Jogjakarta. Di sana dia melihat wayang yang berbentuk kitiran (kincir angin) dengan bentuk yang kecil-kecil. Dari situlah dia berkeinginan untuk membuatnya sendiri dengan ukuran yang lebih besar dan dipasarkan di Kota Malang.
"Untuk bikin wayang tidak bisa dadakan, harus pesan dulu. Biasanya sih pemesanan baru bisa dipenuhi sepekan setelah permintaan, bikinnya lumayan rumit soalnya," terangnya. Pria yang dalam kesehariannya sering menggunakan pakaian adat Jawa ini mengaku bahwa hasil dari berjualan wayang ini cukup menguntungkan. Dia membandrol harga mulai dari Rp 600.000-Rp 1.000.000. Baginya selain berbisnis dia juga sekaligus melestarikan kebudayaan wayang agar tidak tergerus dengan kebudayaan modern.
Dandi (17) masih duduk di bangku SMA. Saat ini sekolah sedang libur. Namun ia tak ingin bermain saja. Dia membantu orangtuanya menjaga toko bunga hias di pasar Splendid kota Malang. "Kan sekolah saya lagi libur. Daripada saya main-main gak jelas mending saya ngisi waktu disini," ujarnya.
SelengkapnyaDandi (17) masih duduk di bangku SMA. Saat ini sekolah sedang libur. Namun ia tak ingin bermain saja. Dia membantu orangtuanya menjaga toko bunga hias di pasar Splendid kota Malang. "Kan sekolah saya lagi libur. Daripada saya main-main gak jelas mending saya ngisi waktu disini," ujarnya.
Dia mengaku membantu usaha orangtuanya ini sejak ia masih kecil. Sepulang sekolah atau saat libur ia membantu berjualan bunga. Selama ini tak ada kesulitan untuk membagi waktu antara sekolah dan menjaga toko. "Kalau sekolah kan selesai jam 3 biasanya habis dari sekolah saya langsung kesini buat bantu-bantu jaga," ungkapnya.
Yang disukainya selama menjual berbagai macam tanaman hias dan pupuk tumbuhan adalah dirinya dapat berinteraksi dengan orang banyak dan pengalaman ini lah yang tidak bisa ia dapat jika dia tidak membantu orangtuanya untuk menjaga toko. Baginyaa bertemu banyak orang adalah pelajaran berharga.
Menjalani usaha sebagai penjual unggas dijalani Pak Ali sejak tahun 2003. Usahanya ini adalah warisan orangtuanya. Ia asli Madura, namun ia besar di Malang. Orangtuanya sejak dulu sudah jualan aneka burung. Pak Ali sebenarnya seorang sarjana dan bisa mencari pekerjaan lain. Namun ia diminta meneruskan usaha keluarga. "Kan lumayan hasilnya dari pada gak ada yang nerusin," ungkapnya.
SelengkapnyaMenjalani usaha sebagai penjual unggas dijalani Pak Ali sejak tahun 2003. Usahanya ini adalah warisan orangtuanya. Ia asli Madura, namun ia besar di Malang. Orangtuanya sejak dulu sudah jualan aneka burung. Pak Ali sebenarnya seorang sarjana dan bisa mencari pekerjaan lain. Namun ia diminta meneruskan usaha keluarga. "Kan lumayan hasilnya dari pada gak ada yang nerusin," ungkapnya.
Dalam sehari jika jualannya ramai dia meraup keuntungan sebanyak Rp 200.000. Uang itu dirasa sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan dirinya beserta istri dan anaknya. Selama berjualan di pasar burung kota Malang ia sering rugi lantaran burungnya lepas atau mati mendadak. "Selain bisa ketemu sama pelanggan-pelanggan yang unik saya juga bisa menemukan keluarga baru antar pedagang," ungkapnya bersyukur.
Berjualan burung kicau dan burung langka sudah dilakoni Dadang Achmad (43) lebih dari lima tahun. Dia mengaku mendapatkan burung-burung teresebut dari peternak burung yang ada di berbagai daerah. Burung-burung itu dijual kisaran harga Rp 200.000 sampai Rp 1 juta tergantung tingkat kelangkaannya.
SelengkapnyaBerjualan burung kicau dan burung langka sudah dilakoni Dadang Achmad (43) lebih dari lima tahun. Dia mengaku mendapatkan burung-burung teresebut dari peternak burung yang ada di berbagai daerah. Burung-burung itu dijual kisaran harga Rp 200.000 sampai Rp 1 juta tergantung tingkat kelangkaannya.
Dadang adalah lulusan S1 jurusan Bahasa Inggris di salah satu universitas swasta di Malang. Ia tidak malu mengakui bahwa dirinya adalah seorang sarjana dan berjualan burung. "Kenapa saya harus malu, walaupun saya sarjana dan hanya bekerja seperti ini, yang penting saya bisa hidup mencukupi kebutuhan keluarga dan uang yang saya dapatkan halal," ungkapnya.
Dia mengaku sempat akan meneruskan studinya hingga ke Australia namun karena keterbarasan biaya akhirnya dia hanya menggantungkan cita-citanya dan lebih memilih untuk berjualan burung saja.
Totok Heri Soecipto (54) adalah guru olahraga di SDN Tirtomarto 4, kecamatan Ampelgading, Malang. Pria asli Malang ini berprofesi sebagai guru olahraga sejak tahun 1983. Sebelumnya ia menempuh pendidikan program khusus SGO (Sekolah Guru Olahraga) di Batu, kabupaten Malang.
SelengkapnyaTotok Heri Soecipto (54) adalah guru olahraga di SDN Tirtomarto 4, kecamatan Ampelgading, Malang. Pria asli Malang ini berprofesi sebagai guru olahraga sejak tahun 1983. Sebelumnya ia menempuh pendidikan program khusus SGO (Sekolah Guru Olahraga) di Batu, kabupaten Malang.
Beliau merasa sangat bangga menjadi guru olahraga ketika anak didiknya bisa berprestasi, baik di tingkat kecamatan ataupun di tingkat kabupaten. Meskipun masih banyak anggapan bahwa pendidikan jasmani itu kalah gengsi dengan pendidikan otak, tetapi ia bisa membuktikan bahwa anak didiknya bisa berprestasi, seperti mendapatkan juara 2 dalam cabang olahraga voli di ajang U2SN. "Menjadi guru olahraga tidak hanya mendidik siswa, tetapi juga melatih, membimbing siswa menjadi anak yang terampil," katanya.
Ia berharap pemerintah untuk memenuhi sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh guru olahraga. Agar para guru olahraga bisa mendidik siswa menjadi atlet yang handal di usia yang dini. Ia beranggapan bahwa sarana dan prasarana yang memadai dapat menunjang siswa untuk lebih prestasi.
Norman Tolle dikenal sebagai seorang gitaris asal kota Malang yang berbakat. Ia didukung produsen amplifier kenamaan asal Amerika Serikat yang bernama Randall. Kisahnya diawalai saat dia mendapat penghargaan sebagai gitaris terbaik di ajang kompetisi rock yang diselenggarakan oleh Log Zhelebour, produsen musik rock yang berasal dari Surabaya. Dari situlah namanya mulai dilirik oleh perusahaan luar.
SelengkapnyaNorman Tolle dikenal sebagai seorang gitaris asal kota Malang yang berbakat. Ia didukung produsen amplifier kenamaan asal Amerika Serikat yang bernama Randall. Kisahnya diawalai saat dia mendapat penghargaan sebagai gitaris terbaik di ajang kompetisi rock yang diselenggarakan oleh Log Zhelebour, produsen musik rock yang berasal dari Surabaya. Dari situlah namanya mulai dilirik oleh perusahaan luar.
"Yang saya tahu ada Christopher 'Coki' Bollemeyer gitaris band netral yang juga di endorse sama Randall," ungkapnya. Pertama dihubungi distributor Randall di Malang, dia kaget dan senang. Melalui sistem endorse, pria lulusan Universitas Brawijaya ini mendapatkan satu set amplifier gratis setiap tahunnya, dan rata-rata harga amplifier tersebut kisaran Rp 30 juta. Dia mempromosikan produknya tersebut melalui penampilan livenya di panggung bersama bandnya, ataupun lewat video-video yang diunggahnya di YouTube. Saat ini dia masih aktif nge band bersama grup bandnya yang bernama C-Four.
Menjadikan hobi sebagai lahan bisnis sudah dijalani Bagus Setyonugroho (20) sejak dia duduk di bangku Sekolah Menengah Atas. Ia selalu senang menyanyi dan menari. Di berbagai event, ia sering menyumbangkan lagu. Tak hanya itu, ia juga menggeluti dunia penyiaran radio.
SelengkapnyaMenjadikan hobi sebagai lahan bisnis sudah dijalani Bagus Setyonugroho (20) sejak dia duduk di bangku Sekolah Menengah Atas. Ia selalu senang menyanyi dan menari. Di berbagai event, ia sering menyumbangkan lagu. Tak hanya itu, ia juga menggeluti dunia penyiaran radio.
"Awalnya aku ikut perlombaan, dan sempet tidak lolos seleksi. Terus ikut lagi Alhamdulillah lolos dan akhirnya kujalanin deh kerja jadi penyiar radio," terangnya.
Saat ini selain menjadi penyiar radio ia juga serius di dunia penyanyi dan penari. Beberapa event kampus dan luar kampus sering diikutinya. Selain itu dia juga aktif sebagai pengurus di unit aktivitas mahasiswa di kampusnya. Dia mengaku fee hanyalah bonusnya saja, karena dia melakoni semua hal yang disukai.
Mukhroji (45) merantau ke Malang sejak 1989 silam. Ia meninggalkan daerah asalnya, Madura untuk mencari uang. Lantaran tak memiliki keahlian khusus, ia menjadi tukang becak. waktu itu menjadi tukang becak masih menjanjikan karena orang banyak yang membutuhkan. Hingga kini ia tetap menjadi tukang becak. Yang membedakan hanyalah becaknya sekarang adalah becak motor.
SelengkapnyaMukhroji (45) merantau ke Malang sejak 1989 silam. Ia meninggalkan daerah asalnya, Madura untuk mencari uang. Lantaran tak memiliki keahlian khusus, ia menjadi tukang becak. waktu itu menjadi tukang becak masih menjanjikan karena orang banyak yang membutuhkan. Hingga kini ia tetap menjadi tukang becak. Yang membedakan hanyalah becaknya sekarang adalah becak motor.
Bapak empat anak ini mengaku, kerja berat apapun dilakukan demi mengidupi keluarganya. "Ya untuk makan, ya untuk sekolah anak. Yang penting anak saya harus sekolah. Istri saya ikut membantu dengan jualan roti yang dititipkan ke toko. Itu sangat membantu," ungkapnya.
Meski ia hanya tukang becak, anak pertamanya sekarang sedang kuliah di salah satu universitas negeri di Malang dengan biaya pribadi. "Anak saya sudah 3 tahun ini kuliah dan dia yang mencari uang sendiri untuk membiayai kuliahnya, saya bangga dengan anak saya," ungkap pria yang sehari-hari mangkal di jalan Ade Irma Suryani kota Malang ini.
Nati (42) sudah terbiasa kerja keras, bahkan sejak kecil. Orang tuanya adalah orang yang tak mampu. Sejak duduk di bangku SD, ia sudah ikut berjualan mainan. "Dulu orangtua nggak mampu, terus cari makan sendiri dengan jualan mainan. Dari jualan itu saya bisa membiayai sekolah sendiri. Yah walau hanya sampai SD," katanya
SelengkapnyaNati (42) sudah terbiasa kerja keras, bahkan sejak kecil. Orang tuanya adalah orang yang tak mampu. Sejak duduk di bangku SD, ia sudah ikut berjualan mainan. "Dulu orangtua nggak mampu, terus cari makan sendiri dengan jualan mainan. Dari jualan itu saya bisa membiayai sekolah sendiri. Yah walau hanya sampai SD," katanya
Kini di usianya yang sudah 42 tahun, Nati tetap masih berjualan mainan anak. Dia berjualan dari pukul 10.00 hingga menjelang magrib di Taman Trunojoyo, Malang. Hal itu dilakukan demi memenuhi kebutuhan hidupnya dan membantu penghasilan suaminya yang seorang buruh bangunan. Jika ramai, ia bisa membawa pulang Rp 100.000.
Manusia tidak bisa hidup tanpa orang lain. Itulah yang dipegang Akidahtul Firmanulah (20), mahasiswa semester 4 Universitas Negeri Malang. Ia merasa terpanggil membantu orang lain dan menjadi koordinator komunitas Ketimbang Ngemis Malang (KNM). Dengan komunitas itu, ia ingin berbagi kebahagiaan dengan orang lain, terutama orang-orang tua.
SelengkapnyaManusia tidak bisa hidup tanpa orang lain. Itulah yang dipegang Akidahtul Firmanulah (20), mahasiswa semester 4 Universitas Negeri Malang. Ia merasa terpanggil membantu orang lain dan menjadi koordinator komunitas Ketimbang Ngemis Malang (KNM). Dengan komunitas itu, ia ingin berbagi kebahagiaan dengan orang lain, terutama orang-orang tua.
Selama bergabung dengan komunitas ini, dia mendapatkan kebahagiaan yang tidak pernah dia dapatkan sebelumnya. "Karena saya dan anak-anak muda lainnya bisa ikut langsung untuk merubah wajah kota Malang ini dengan gerakan sosial yang intinya mengurangi pengemis di kota Malang," ucapnya. Selain aktif di komunitas ini dia mengaku juga aktif di badan eksekutif mahasiwa di fakultas.
Erwin Saputra (23) mahasiwa tingkat akhir jurusan Seni Rupa Murni Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya ini menunjukkan kreativitasnya lewat berbagai karya. Di tengah banyaknya karya seni mainstream yang berkembang di masyarakat, Erwin hadir dengan terobosan baru yaitu membuat karya seni lukis yang bertemakan scribble art. Ia juga melukis lewat bahan selotip yang ditempelkan pada sebuah kanvas.
SelengkapnyaErwin Saputra (23) mahasiwa tingkat akhir jurusan Seni Rupa Murni Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya ini menunjukkan kreativitasnya lewat berbagai karya. Di tengah banyaknya karya seni mainstream yang berkembang di masyarakat, Erwin hadir dengan terobosan baru yaitu membuat karya seni lukis yang bertemakan scribble art. Ia juga melukis lewat bahan selotip yang ditempelkan pada sebuah kanvas.
Erwin mengenal scribble sejak awal tahun 2015. Sebelumnya ia mengaku sebagai pembuat karikatur dengan obyek tokoh-tokoh nasional. Karya-karyanya telah banyak diapresiasi oleh tokoh-tokih besar. "Saya merasa sangat terhormat saat tokoh seperti Ridwan Kamil dan Andi F Noya mengapresiasi karya saya. Sempat juga saya diundang untuk talk show di berbagai acara di televisi nasional seperti Kick Andy, Mata Najwa dan Hitam Putih," ujar mahasiswa peraih bidik misi angkatan 2012 ini. Selain kegiatan ini merupakan hobinya, ia juga menjadikan karya-karyanya sebagai peluang usaha yang menjanjikan.
Faradina Amelia Rahma masih berstatus sebagai mahasiswa tingkat akhir. Namun dia juga sibuk di dunia usaha clothing line yang bernama farfior. "Motivasinya bikin clothing line karena aku butuh uang buat beli baju. Malu dong kalo minta uang ke orangtua terus," ungkapnya.
SelengkapnyaFaradina Amelia Rahma masih berstatus sebagai mahasiswa tingkat akhir. Namun dia juga sibuk di dunia usaha clothing line yang bernama farfior. "Motivasinya bikin clothing line karena aku butuh uang buat beli baju. Malu dong kalo minta uang ke orangtua terus," ungkapnya.
Berawal dari keinginan mengurangi beban orangtua itulah ia kemudian membuka bisnis di bidang fashion. Modal awal usahanya dari orangtuanya. Dia lalu berusaha untuk mempertanggungjawabkan uang yang diberikan tersebut. Sebelum berbisnis baju, gadis asli Malang ini sudah mencoba coba dunia bisnis sejak kelas 2 SMA , "Waktu SMA jualan online gitu iseng-iseng jadi sampe sekarang udah mulai bisa tau seluk beluk dunia bisnis online," imbuhnya.
Edo Arief Pratama (21) membuka bisnis krim rambut dengan nama Bos Pomade. Sebelumnya ia sempat membuka distro kecil-kecilan, jasa desain, dan jasa foto juga. Tak hanya itu ia juga sempat jualan beberapa aksesoris seperti jam tangan. Sebagian sudah tutup, sebagian masih berjalan.
SelengkapnyaEdo Arief Pratama (21) membuka bisnis krim rambut dengan nama Bos Pomade. Sebelumnya ia sempat membuka distro kecil-kecilan, jasa desain, dan jasa foto juga. Tak hanya itu ia juga sempat jualan beberapa aksesoris seperti jam tangan. Sebagian sudah tutup, sebagian masih berjalan.
Kini ia serius di Bos Pomade yang digelutinya dari akhir tahun 2015. Awalnya ia hanya mensuplai teman-teman sekitar, dan akhirnya banyak peminat. Dari situlah dia berniat membuka usaha sendiri yang kemudian diwujudkannya. Kegigihan berbisnisnya itulah membuat kedua orangtua Edo menjadi bangga dan selalu mendukung apapun yang dia jalani. "Asalkan baik dan bermanfaat dan tidak menyusahkan orang tua, pasti mereka akan selalu mendukung," katanya.
Pria yang masih berstatus mahasiswa di salah satu universitas negeri di Malang ini menuturkan, berbisnis adalah hobi yang terinspirasi dari perjalanan orang tua dan kakenya. Mereka lebih memilih sebagai wiraswasta ketimbang menjadi pegawai. Hal itu menjadi motivasinya untuk berbisnis di usia muda.
Mendalami dunia Marching Band sejak menjadi mahasiswa membuat Farah Saksita menjadi pribadi yang disiplin. Saat latihan ia harus datang tepat waktu. "Biasanya kita ada latihan rutin, kalau ada perlombaan kita bahkan latian tiap hari. Latihan kalau ada lomba dari pagi sampai malam kalau ada training gitu bangun jam 5 kegiatan jam 8 sampe 11 malem," jelasnya.
SelengkapnyaMendalami dunia Marching Band sejak menjadi mahasiswa membuat Farah Saksita menjadi pribadi yang disiplin. Saat latihan ia harus datang tepat waktu. "Biasanya kita ada latihan rutin, kalau ada perlombaan kita bahkan latian tiap hari. Latihan kalau ada lomba dari pagi sampai malam kalau ada training gitu bangun jam 5 kegiatan jam 8 sampe 11 malem," jelasnya.
Selain melatihnya sebagai pribadi yang disiplin disana dia juga merasakan kekeluargaan yang sangat erat. Dia bersama timnya pernah menang lomba Grand Prix Marching Band di Istora Senayan. Di dalam marching band dia memegang alat musik mellowphone yaitu alat tiup. Dalam waktu dekat ini dia bersama timnya akan mengikuti perlombaan di Thailand dalam event Thailan World Music Championships.
Karena tidak memiliki sawah di kampung halamannya, Blora,Jawa Tengah membuat Dwi Pramono pergi mengadu nasib ke kota Malang sejak tahun 2003. Selama berada di Malang segala macam usaha di bidang kuliner telah dia jalani. "Saya awalnya jualan kue basah ikut teman, terus nyoba-nyoba sendiri bikin tapi nggak laku terus nyoba buat jualan lalapan,” katanya.
SelengkapnyaKarena tidak memiliki sawah di kampung halamannya, Blora,Jawa Tengah membuat Dwi Pramono pergi mengadu nasib ke kota Malang sejak tahun 2003. Selama berada di Malang segala macam usaha di bidang kuliner telah dia jalani. "Saya awalnya jualan kue basah ikut teman, terus nyoba-nyoba sendiri bikin tapi nggak laku terus nyoba buat jualan lalapan,” katanya.
Usaha kulinernya itu usahanya bertahan selama 4 tahun. Namun sekarang sudah tutup karena kurang modal. Dwi lalu berjualan roti bakar di kawasan Soekarno Hatta, Malang. Dia mengaku usahanya ini dilakukan untuk membantu perekonomian keluarga di kampung halaman, Bapaknya kerja serabutan, jadi saya yang membantu keuangan keluarga. “Dulu pas adik saya sekolah juga saya yang membiayai, saya cuma lulusan SD, jadi adik saya harus sekolah lebih tinggi dari pada saya," ujarnya.